Daerah

Ketika Santri Ahli Bikin Ramuan Madura

Sab, 21 Maret 2020 | 02:00 WIB

Ketika Santri Ahli Bikin Ramuan Madura

Para santri Kebun Baru dilatih dan sudah piawai bikin ramuan Madura. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online

Selain dikenal sebagai Pulau NU, Madura juga mashur dengan ramuannya. Ramuan Madura telah melegenda dan menjadi referensi bagi pencinta jamu sehat dan kuat.

 

Tidak hanya berfungsi meningkatkan vitalitas pria maupun wanita, ramuan Madura juga berperan dalam meningkatkan kesehatan tubuh secara umum. Ramuan Madura bisa jadi alat menguatkan spirit hidup, sehingga ibadah dan perilaku berbuat baik dapat ditingkatkan melalui tubuh yang sehat.

 

Membuminya ramuan Madura, tampaknya tidak lepas dari peran santri dan pesantren. Mereka cukup berjasa dalam merawat serta melestarikan minuman tradisional tersebut.

 

Berbicara ramuan Madura, Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kebun Baru, Desa Kacok, Palengaan Kabupaten Pamekasan Jawa Timur tidak dapat disepelekan. Para santri di dalamnya kini dikenal punya keahlian dalam meracik ragam rempah-rempah, sehingga kemudian menjadi ramuan Madura yang cukup digemari santri maupun masyarakat umum.

 

Selain membuat dan meraciknya, Pondok Pedantren Kebun Baru juga membuat tradisi santri harus rutin minum jamu. Kegiatan rutinitas minum jamu tradisional itu gratis khusus santri di kompleks pesantren; para santri dan pengurus tampak menikmatinya tiap dua minggu sekali.

 

Kepala Bagian Kesehatan Pondok Pesantren Kebun Baru Sudiadi mengungkapkan, tidak semua santri bisa meracik ramuan Madura. Tetapi, terdapat beberapa santri senior yang dilatih khusus. Sementara santri yang belum terlatih, khususnya para santri yunior yang baru mondok, sebatas menikmatinya.

 

"Kami mengadakan kegiatan yang diagendakan setiap setengah bulan, yaitu minum jamu tradisional Madura. Ini semacam ikhtiar menjaga kesehatan, apalagi sekarang kita dituntut menjaga kekebalan tubuh di tengah merebaknya virus Corona," paparnya saat dihubungi di kompleks pondok pesantren, Sabtu (21/3).

 

Tradisi mengonsumsi jamu Madura, terang Sudiadi, bukan karena kagetan atas antisipasi penyebaran virus Corona. Namun, kegiatan tersebut sudah terlaksana sejak berdirinya pondok pesantren yang saat ini diasuh Wakil Rais Syuriah PCNU Pamekasan, KH. Misbahol Munir.

 

“Saya selaku bagian kesehatan hanya ingin menyejahterakan santri yang ada di pondok ini, tanpa terkecuali. Karena dengan demikian, para santri akan beraktivitas sesuai apa yang diinginkan,” ungkap Suryadi.

 

Jamu tradisional tersebut, tambahnya, terbuat dari racikan tumbuhan yang mengandung zat aktif, tidak mengandung zat sintatik, seperti jahe, temu lawak, ginseng dan kunyit.

 

Pihaknya berharap program tersebut tidak berhenti di tengah jalan, melainkan sampai pada tahun-tahun selanjutnya, karena kegiatan ini dapat mendorong para santri enjoy melakukan rutinitas setiap harinya.

 

"Kegiatan ini mendapat dukungan penuh tidak hanya dari kalangan santri, alumni, maupun masyarakat, tapi juga didukung oleh ahli medis. Kami bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Palengaan," ungkapnya.

 

Salah satu santri aktif Kebun Baru, Holis mengaku terbantu dengan adanya program tersebut. Bukan karena gratis, tapi dirinya tidak perlu jauh-jauh mencari ramuan Madura guna menjaga imun tubuh.

 

“Kami sangat bersyukur, menyambut dengan gembira dan luar biasa adanya program kesehatan ini, karena dampak positifnya cukup besar bagi para santri,” ungkapnya.

 

Kekebalan tubuh, tambah Holis, dapat terjaga dengan baik tanpa mengeluarkan banyak biaya. Lebih-lebih, ramuan Madura racikan santri dijamin higienis dan halal.

 

"Sehingga kami tidak ragu mengonsumsinya. Bismillah, sehat!" tukas Holis sembari meminum segelas jamu Madura di genggamannya.

 

Kontributor: Hairul Anam

Editor: Aryudi AR