Suasana Ramadhan di Pondok Pesantren At-Tauhidiyah Giren Tegal Jawa Tengah sungguh tak terlupakan. Ketika itu, saya dan teman-teman menjadi santri kalong ( Julukan untuk warga luar pesantren atau masyarakat umum yang mengikuti pengajian) di Pesantren tersebut.<>
Kami mendapatkan aneka wejangan dari santri senior Pesantren Attauhidiyyah Selain itu juga mereka langsung mendapat gemblengan dari Pimpinan dan Pengasuh Pesantren KH Ahmad bin KH Said bin KH Armia. Gemblengan yang diberikan antara lain soal gambaran umum ilmu ketauhidan, tafsir kitab kuning dan wejangan lain yang bersifat bimbingan moral dan agama. Dengan tujuan akhir, santri mendapat bekal dalam mengarungi hidup di luar Pesantren Kegiatan lain yang cukup mendapat perhatian kami adalah membaca Kitab Suci al-Quran setelah salat tarawih. Atau usai menjalankan salat-salat fardhlu (salat wajib) lainnya.
Kami yang dapat selesai membaca kitab suci itu dalam waktu yang sudah ditentukan dan benar, maka disebut telah selesai khatam. Nah tiap selesai khatam itulah, kami seperti mendapat sesuatu yang lebih. Mereka kemudian mendapat hidangan nasi kebuli dari pimpinan Pesantren Satu nasi kebuli yang ditaruh di nampan, dinikmati untuk empat hingga lima orang. Mereka menyantap beramai-ramai. Lantas apa yang membuat mereka seperti ketagihan menikmati hidangan nasi kebuli? Tentu karena resep masakan yang khas, yang sengaja dibuat dan disajikan oleh santri senir Pesantren tersebut.
Menurut salah satu pengurus pesantren, “Hidangan nasi kebuli dibuat dari campuran santan, susu, dan daging kambing. Orang melihat sekilas nasi itu seperti nasi goreng, namun punya perbedaan rasa yang khas dan sulit disamakan.
“Ya, karena kami memasak dengan cita rasa yang khas, siapa pun yang mencicipi pasti langsung ketagihan. Hanya saja, yang kena penyakit darah tinggi jangan makan daging kambingnya. Kalau sayurnya sih ndak papa,” ucapnya.
Tiap malam ribuan orang menjadi santri kalong di Pesantren itu. Mereka berbuka puasa bersama dan mendengarkan wejangan keagamaan dari KH Ahmad bin KH Said bin KH Armia. Selain itu, di-gembleng pula oleh KH Hasani yang merupakan adik KH Ahmad.
Perlu diketahui, bahwa Pesantren At-Tauhidiyah di dirikan oleh KH.Said bin KH Armia merupakan seorang ulama dan waliyullah yang wafat pada tanggal 20 Rajab 1395 atau sekitar tahun 1974 dan dimakamkan tak jauh dari pondok pesantren di Giren Talang Tegal
Ciri khas yang membedakan dari pesantren ini adalah Pendalaman dalam bidang ilmu tauhid diantaranya karya Sayyid Abi Abdillah Muhammad bin Yusuf Sanusi al khasani atau lebih dikenal dengan kitab ad-Dasuki dan Kitab kitab Tauhid lainnya seperti Nuruzh zholam, kipayatul awam dan Kitab Ta’lim Mumtadiin karya KH.Said bin Armia. (Ahmad Rosyidi/Red:Anam)
Foto: KH. Sa’id Bin Armia, Pendiri Pesantren At-Tauhidiyah
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
3
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Khutbah Jumat: Berani Keluar Dari Zona Nyaman
Terkini
Lihat Semua