Daerah

Kendalikan Nafsu, Dunia ini Seperti Padang Gembala

Ahad, 15 Desember 2019 | 03:00 WIB

Kendalikan Nafsu, Dunia ini Seperti Padang Gembala

KH Sujadi mengisi Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula gedung NU Pringsewu. (Foto: NU Online/Muhammad Faizin)

Pringsewu, NU Online
Tidak ada makhluk yang diciptakan oleh Allah di dunia ini kecuali memiliki manfaat dan kesempurnaan. Walau kadang terlihat tidak sempurna pada dzatnya, namun di balik itu memiliki kesempurnaan dalam manfaatnya. Sehingga, sesama makhluk tidak diperbolehkan mengumbar nafsu dengan memandang rendah dan saling meremehkan.
 
"Dunia ini seperti tempat menggembala. Dan hati ini memang perlu digembalakan untuk melihat luasnya kekuasaan Allah," kata Mustasyar NU Kabupaten Pringsewu, Lampung KH Sujadi. Hal tersebut disampaikannya saat menjelaskan tafsir QS Al-A'la pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula gedung NU Pringsewu, Ahad (15/12).
 
Saat penggembalaan ini diperlukan tali kendali agar tidak tersesat tanpa tujuan. Nafsu diri harus dikekang karena memang manusia memiliki nafsu yang terkadang bisa liar seperti binatang. Semuanya akan dimintai tanggung jawabnya baik sebagai penggembala maupun yang digembalakan.
 
"Kullukum rain wa kullukum masulun an raiyyatih. Semua dari kita adalah penggembala dan akan dimintai pertanggungjawaban dari gembalaannya," terangnya mengutip hadits Nabi tentang hal tersebut.
 
Ulama yang juga Bupati Pringsewu ini pun mengungkapkan fenomena saat ini di mana nafsu lebih menguasai diri manusia tanpa terkendali akibat perkembangan teknologi informasi khususnya di media sosial.
 
Banyak pengguna media sosial (warganet) yang bingung dan tidak bisa membedakan mana informasi yang dibuat akibat nafsu dan kebencian serta mana yang benar-benar sebuah ilmu. Warganet juga banyak yang tidak bisa mengendalikan nafsu dalam bermedsos dengan menyerang orang lain yang tidak sepaham dengannya.
 
"Banyak orang yang bersih dikotor-kotorkan. Banyak yang kotor tapi dikatakan bersih," ungkap kiai yang akrab disapa Abah Sujadi ini mengungkapkan fenomena bermuamalah di medsos yang kian memprihatinkan.
 
Abah Sujadi pun mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara sehingga manusia harus mengumpulkan bekal kehidupan akhirat melalui amaliah yang baik dan ibadah yang berkualitas.
 
"Wal akhiratu khairun wa abqa. Sudah banyak yang mementingkan kehidupan dunia padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal," katanya mengutip ayat ke 17 surat Al A'la yang terdiri dari 19 ayat, 72 kalimat, dan 284 huruf ini.
 
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Ibnu Nawawi