Daerah

Keberadaan BLK Komunitas di Pesantren Diharap Mandiri

Jum, 13 September 2019 | 01:00 WIB

Keberadaan BLK Komunitas di Pesantren Diharap Mandiri

Muhamad Amir Syarifudin saat penutupan Dikdas Bahasa di BLK Surakarta. (Foto: NU Online/A Rifqi H)

Surakarta, NU Online
Pendidikan Dasar (Dikdas) Bahasa yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja (BLK) Surakarta secara resmi ditutup. Dikdas diadakan untuk mencetak instruktur sebagai paket program Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) yang diterapkan di pondok pesantren.
 
Kasubdit Instruktur Lembaga Pelatihan Swasta, Muhamad Amir Syarifudin dalam sambutan penutupan mengatakan, setelah gedung selesai dibangun, dan didukung dengan peralatan, akan ada pendampingan dalam menjalankan BLK Komunitas. Dia mengibaratkan hal tersebut seperti kehidupan manusia pada umumnya melalui tahapan merangkak sebelum bisa berjalan.
 
"Ada tahapan-tahapan dari Kementrian Ketahanan, dalam dua tahun terakhir ada pendampingan penyelenggaraan program di BLK Komunitas itu," katanya di aula BLK Surakarta, Jalan Bhayangkara, Laweyan, Kota Surakarta, Kamis (12/9) sore. 
.
Hadir mewakili Direktorat Bina Instruktur dan Tenaga Pelatihan (Dit. Bina Intala), Amir menjelaskan pendampingan tersebut meliputi pendanaan dalam menyukseskan pelaksanaan program. Akan tetapi, dalam periode dua tahun selanjutnya dukungan dana sudah mulai dikurangi dan diharapkan BLK Komunitas sudah dapat berjalan secara mandiri.
 
Pada kesempatan tersebut Amir juga berpesan pada para peserta Dikdas. Meski telah direkomendasikan sebagai instruktur yang kompeten, namun kemampuan yang telah didapat dari pelatihan harus terus ditingkatkan. Baik dari sisi penyampaian maupun penguasaan teknik program. 
 
Hal lain yang perlu diperhatikan setelah pelatihan, lanjutnya, terkait dengan kesiapan kelembagaan BLK Komunitas. Di antaranya dengan mendaftarkan BLK Komunitas secara online melalui website resmi kementrian. Untuk lebih mempermudah promosi dan monitor, BLK Komunitas diminta untuk dimasukkan ke dalam peta online google map
 
Branding pemasaran BLK Komunitas juga bisa dilakukan melalui pembuatan akun media sosial, twetter, facebook, maupun instagram. Melalui akun tersebut, dia berharap dapat mempermudah dalam memperhatikan perkembangan aktifitas BLK Komunitas yang sudah ada. 
 
"Jadi, saya tidak harus tanya, dan semua orang bisa melihat. Itu bagian dari branding untuk memasarkan BLK Komunitas," ucapnya.
 
Seusai pelatihan ini, Amir juga berpesan untuk segera merencanakan program pelatihan dan lebih dini dalam merekrut calon peserta. Dia berharap, dengan mempersiapkan lebih dini dalam perekrutan. 
 
"Sudah ada form pendaftaran, sehingga begitu alat-alatnya sudah datang, tinggal panggil orang-orang itu," ujarnya.
 
Di akhir sambutan, Amir mengingatkan kebutuhan tenaga instruktur di BLK Komunitas yang harus dipenuhi. Karena itu, upaya regenerasi atau mencetak instruktur juga harus dilakukan agar pelatihan berjalan dengan lancar.
 
Sementara Kasie Penyelenggaraan BLK Surakarta, Azof Ghazali Sujono dalam laporannya menyampaikan, dari 16 orang peserta yang mengikuti uji teknis terdapat 1 orang yang direkomendasikan dengan hasil tidak kompeten. Sementara hasil uji metodologi seluruhnya dinyatakan mendapat rekomendasi kompeten. 
 
Pewarta: A Rifqi H
Editor: Ibnu Nawawi