Jakarta, NU Online
Semenjak sekolah, Muhammad Majdi sudah mencari peruntungan di dunia bisnis. Meskipun begitu, ia tidak meninggalkan dunia akademiknya. Terbukti, ia selalu memperoleh nilai terbaik.
Majdi atau yang akrab disapa Andi itu merintis berdirinya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) komisariat Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Buntet Pesantren pada tahun 2009.
Ia pun didapuk sebagai ketua pertama oleh rekan-rekannya. Aktifnya di IPNU bukan saja melihat dirinya sebagai keturunan orang NU semata, atau karena ia bersekolah di madrasah NU.
“Saya aktif di IPNU karena ingin diaku sebagai santrinya Hadlratussyekh Hasyim Asy’ari,” ujarnya kepada NU Online saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Jumat (23/2).
Bisnis yang dijalaninya kini berkembang cukup pesat. Ada empat cabang bisnis yang ia kembangkan, yakni Andi Cellular di bidang jual beli ponsel, aksesoris, dan pulsa, Penyewaan alat-alat camping, penjualan sembako, hingga bengkel motor yang ia namai Apotek Motor.
Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) IPNU Kabupaten Cirebon 2010-2012 mengatakan bahwa berbisnis bukan sekadar untuk mencari penghasilan, memperbaiki kondisi finansial.
“Berbisnis itu nurut orang tua dan hobi saya,” katanya.
Ia juga kini menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren. Saban malam, Andi juga aktif mengajar di beberapa pondok di lingkungan Buntet Pesantren.
Baru-baru ini, ia juga mengunggah status di akun Facebook pribadinya, bahwa ia juga akan mengabdi di tempat belajarnya saat ini. Ia bakal mengajar di Uninus Bandung setelah diminta oleh Wakil Rektor I Husen Saeful Insan.
“Jika sedang luang, ya saya melihat bisnis saya yang dijalankan oleh rekannya selain juga menyusun rancangan pengembangan dan bisnis barunya,” katanya.
“Akhir pekan mencari partner dan lahan usaha baru,” imbuhnya.
Kesuksesannya di bidang bisnis dan akademik sebagai tenaga pendidik` tersebut tidak diraih oleh Andi begitu saja. Mantan Ketua BEM Tarbiyah IAIN Cirebon itu sejak awal punya tekad yang kuat dengan penuh keyakinan. Hal itu ditunjang dengan kesabaran dan istiqamah dalam menjalaninya.
“Segala ikhtiar itu dibareng dengan doa, khususnya doa orang tua,” pungkasnya. (Syakir NF/Fathoni)