Jurnalistik Harus Jadi ‘Live Skill’ Siswa Madrasah
NU Online · Jumat, 7 November 2008 | 03:54 WIB
Life skill (kecakapan hidup) bagi siswa madrasah sangatlah penting manakala peserta didik telah merampungkan studi. Apalagi jika siswa tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena alasan ekonomi. Life skill bagi usia remaja bisa ditempuh dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
Jurnalistik merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang bisa memompa kecakapan siswa. "Kegiatan jurnalistik sangat bermanfaat sekali bagi siswa untuk menumpahkan bakat-minat di bidang tulis-menulis", kata Syaiful Mustaqim, pembina jurnalistik MA Walisongo Pecangaan, Jepara, kepada NU Online di Jepara, Kamis (6/11).<>
Dia menyayangkan minimnya perhatian madrasah yang selama ini masih menjadikan esktra jurnalistik pada nomor ke sekian. Sehingga hal itu berimbas kepada menurunnya semangat siswa yang akan mendalaminya.
"Ingin menjadi penulis, wartawan, sastrawan, lay outer dan lain sebagainya bisa ditemukan di ekstra jurnalistik," tambah pembina jurnalistik MA Walisongo Pecangaan, Jepara.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pendampingannya terhadap jurnalis pelajar di kota ukir Jepara yang dilakukannya selama dua tahun, dia belum menemukan hasil signifikan. Hasilnya, rata-rata siswa banyak mengikuti kegiatan madrasah, akibatnya kegiatan jurnalistik dianaktirikan.
Alhasil, para pegiat jurnalis pelajar hanya paham mengenai materi tentang kejurnalistikan, akan tetapi dalam praktiknya belum maksimal.
Idealnya, dalam sebuah ekstra jurnalistik di madrasah menerbitkan buletin, majalah, atau pun tabloid yang terbit sesuai dengan kemampuan para siswa. Selain itu, para aktivisnya juga menulis di media luar sebab setiap media menyediakan rubrik untuk kalangan remaja. Artinya, menulis untuk media madrasah dan menulis di media luar.
Namun hal itu belum terjadi di Jepara. Selain belum menyeluruhnya kegiatan tulis-menulis ditambah ketidaktahuan lembaga pendidikan yang bersangkutan akan pentingnya belajar jurnalistik.
Direktur Smart Institute ini menambahkan selama ini madrasah kebanyakan mewajibkan kegiatan pramuka dan komputer sebagai kegiatan ekstra yang wajib diikuti oleh para siswa. Belum pernah ada madrasah yang mewajibkan jurnalistik sebagai kegiatan ekstra wajib.
Dia menyontohkan majalah Gradasi milik SMK Negeri 11 Semarang yang terbit setiap sebulan. Saat ini Gradasi bisa didapatkan di toko buku, selain itu para redakturnya telah diberi honor yang diambil dari hasil iklan.
"Majalah madrasah dapat dijadikan sebagai media promosi, apalagi disaat madrasah saat ini tak lagi diminati," tuturnya.
Dia berharap agar pihak madrasah menyosialisasikan kegiatan ekstrakulikuler jurnalistik. Setidaknya, dengan penguasaan jurnalistik nantinya setelah meningggalkan bangku madrasah memiliki modal cukup untuk mengembangkan kecakapan hidup ditengah kejamnya zaman. (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
5
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
6
Sejumlah SD Negeri Sepi Pendaftar, Ini Respons Mendikdasmen
Terkini
Lihat Semua