Daerah

Jagalah Allah, Maka Allah Akan Menjaga Kita

Ahad, 14 Oktober 2018 | 06:00 WIB

Jagalah Allah, Maka Allah Akan Menjaga Kita

Jumangin, Ketua MWC NU Kecamatan Ambarawa

Pringsewu, NU Online
Saat memberikan kajian hadits pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (14/10), Ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama Kecamatan Ambarawa Ustadz Jumangin mengajak umat Islam untuk senantiasa menjaga Allah.

"Mungkin muncul pertanyaan, kenapa kita harus menjaga Allah?. Padahal Allah adalah dzat yang paling kuasa dan maha perkasa," tanya salah satu pengajar Pondok Pesantren Yasmida Ambarawa ini.

Ia menjelaskan bahwa menjaga Allah dalam konteks ini adalah dengan senantiasa menjalankan syariat-syariat yang sudah ditentukan oleh Allah serta memenuhi hak-hak Allah dengan melaksanakan kewajiban kita sebagai manusia yaitu menyembah Allah SWT.
 
Penjelasan ini sesuai pesan Rasul kepada Abul Abbas Abdullah bin Abbas melalui hadits nomor 19 dalam Kitab Arbain Nawawi. Dalam hadits tersebut Rasul berpesan kepada Abbas dan kepada umat Islam umumnya untuk senantiasa fokus menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.

“Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka kamu akan mendapati Allah di hadapanmu, jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, maka mohon pertolonganlah kepada Allah," jelas Ustadz Jumangin mengutip Hadits Rasul tersebut.

Kebanyakan motivasi manusia beribadah menyembah Allah menurutnya adalah karena berharap surga dan takut neraka. Padahal itu bukanlah hal yang utama.

"Seharusnya kita harus tanamkan dalam diri bahwa menyembah Allah adalah kewajiban dan kebutuhan kita. Dan juga perlu diingat bahwa Allah adalah memang dzat yang paling pantas disembah. Dan Allahlah yang paling tahu dan berhak menempatkan kita di mana sesuai amal perbuatan kita. Allah lah tempat kita menggantungkan semua harapan kita," jabarnya.

Jika harapan manusia digantungkan kepada selain Allah maka kekecewaan dan penyesalanlah yang akan diterima. Jika harapan selalu ditujukan kepada Allah, maka manusia niscaya akan senantiasa mendapat kebahagiaan.

"Masih ada di antara kita yang masih menggantungkan harapan kepada manusia semisal ketika sakit kita menganggap bahwa dokterlah yang menyembuhkan. Kita harus menyadari bahwa sejatinya dokter hanyalah washilah (perantara) kesembuhan. Dan yang menyembuhkan adalah Allah SWT," jelasnya.

Melanjutkan hadits tersebut Ia menjelaskan bahwa seandainya seluruh makhluk bersatu untuk memberikan manfaat bagi manusia lain, maka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu yang telah Allah tuliskan bagi manusia.

"Dan seandainya pun manusia bersatu untuk mencelakakan seseorang, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu yang telah Allah tuliskan akan menimpanya. Pena telah diangkat dan lembaran-lembarannya telah kering," pungkasnya. (Muhammad Faizin)