Semarang, NU Online
Jagalah anak-anak Anda, jika tak ingin celaka. Jagalah kesehatannya, jagalah moralnya. Jasmani dan ruhaninya. Apabila anak tidak dijaga seutuhnya, nilai kemanusiaannya akan terancam, dan masa depannya bisa bermasalah.
Praktisi Multiple Intelligence &Holistic Learning Ayah Edy menyampaikan hal itu salam Seminar Parenting “Mendidik dengan Ilmu dan Cinta” yang digelar Taman Pendidikan Islam Anak Usia Dini Cahaya Ilmu Semarang dalam Milad-nya Ke-6, di Office Hall Masjid Agung Jawa Tengah, baru-baru ini.
<>
Acara diikuti hampir seribu orang yang mayoritas ibu-ibu. Dihadiri Kepala Bidang Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Prov Jateng Joko Hartanto, pengurus Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Jateng dan sejumlah tokoh pendidikan
Ayah Edy yang tenar sebagai Parenting Consultan Indonesia Stong from Home menyatakan, anak yang sukses adalah yang memiliki karakter. Ini harus diupayakan secara kompak oleh orang tua maupun guru di sekolah. Untuk melakukan itu tak cukup dengan ilmu. Melainkan harus dengan dukungan cinta. Jadi mendidiknya harus dengan hati.
“Kita harus menyiapkan anak-anak yang berkarakter. Ortu dan guru harus kompak. Mendidiknya harus dengan ilmu dan cinta. Sepenuh hati,” terang Penggagas dan Narasumber Program Pendidikan Keluarga “Membangun Indonesia yang Kuat dari Keluarga” ini.
Lebih lanjut pengasuh Motivatalk, Program Keluarga di Sindo TV ini, kondisi anak-anak Indonesia saat ini mengalami kerusakan dan semakin nampak menuju kebangkrutan. Sebab semua ciri kebinasaan peradaban sudah ada dan nyata. Yakni meningkat pesatnya perilaku merusak diri seperti sex bebas, narkoba dan alkohol.
“Tak bisa kita pungkiri, anak-anak Indonesia berada dalam kerusakan. Perilaku sex bebas, penggunaan narkoba dan alkohol meningkat pesat. Angka aborsi naik 500% sejak 20 tahun terakhir. Inilah tanda-tanda kehancuran suatu bangsa,” ujarnya sedih.
Sudah tahu begitu, negara, lanjut Ayah Edy, tidak melakukan upaya nyata untuk mendandani. Justru semakin menjauhkan anak dari jati diri dan karakter sebagai manusia makhluk Tuhan.
Dia jelaskan, standar nilai sekolah anak hanyalah soal akademik. Simbolnya berupa rapot, ijazah dan titel. Soal moral tak dianggap penting. Hanya pelengkap penderita sebagai pemanis laporan belaka.
Menurutnya, hanya di Taman Kanak-Kanak ada penilian mengenai perilaku peserta didik. Namun TK pun sudah dirusak oleh pengajaran paksa, di mana anak TK harus bisa membaca, menulis dan berhutung.
“Fakta sejak dulu kala, di sekolah kita, sains jauh lebih penting daripada budi pekerti. Bahkan pelajaran budi pekerti dihapus sejak orde baru hingga kini,” tuturnya lirih.
Secara sederhana dia gambarkan, kondisi pendidikan Indonesia adalah “menjadikan anak pinter, bukan yang berkarakter”.
Direktur PAUD Cahaya Ilmu Dedy Andriyanto menambahkan, bagaimanapun keadaan, orang tua harus tetap berusaha memberi pendidikan bagi anaknya. Sebab basis pertama pendidikan ada di rumah. Prosentasenya 60 persen. Sedangkan lingkungan 20% dan sekolah 20%.
Jika peran ortu tidak dilakukan, sambungnya, lingkunganlah yang mengambil alih. Bukan sekolah. Sehingga orang tua tidak tahu apa saja yang dipelajari dan didapatkan si anak dari lingkungan sekitarnya. Hal itu jelas sangat berbahaya.
“Anak-anak yang bermasalah di sekolah maupun di luar rumah, 90 persen karena ortu yang bermasalah di rumah. Karena itu mari kita jaga anak-anak kita. Mari kita didik anak kita sebaik-baiknya,” ajaknya seraya memutarkan lagu penyemangat. (ichwan)
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan
Terpopuler
1
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
2
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua