Daerah

Isra’ Mi’raj Perjalanan Legendaris dan Mandataris

NU Online  ·  Selasa, 24 April 2018 | 04:30 WIB

Isra’ Mi’raj Perjalanan Legendaris dan Mandataris

Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan

Jember, NU Online 
Peristiwa Isra’ Mi’raj sungguh merupakan peristiwa yang sangat luar biasa. Peristiwa tersebut terjadi ketika teknologi masih terbelakang  dan dunia masih gelap. Sehingga wajar  jika banyak yang  gagal paham akan kebenaran  peristiwa tersebut. 

Bagaimana tidak, jarak dari Masjidil Haram (Mekah)  ke Masjdil Aqsa (Palestina) sekitar 1.500 kilomter, dan biasa ditempuh dengan waktu 40 hari 40 malam. Sedangkan Nabi Muhmmad  menempuhnya, bahkan  naik ke Sidrotil Muntaha  hanya dengan  waktu sepertiga  malam. 

Namun bagi orang yang  beriman, peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu harus diterima sebagai sebuah kebenaran walaupun tidak masuk akal.

Demikian disampaikan Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan saat memberikan ceramah dalam Peringatan Isra’ Mi’raj di TPQ Hidayatul Mubtadi’in, Dusun Sumbernangka, Kecamatan Ledokombo, Jember, Senin (23/4)  malam.

“Ajaran Islam itu terbagi dua, yakni ta’aqquli (diterima dengan akal) dan ta’abbudi (diterima dengan hati). Maka ketika itu, Isra’ Mi’raj  diterima dengan hati karena akal tidak mampu menjawabnya,” ujarnya.
 
Namun seiring dengan kemajuan  teknologi, logika peristiwa Isra’ Mi’raj itu bisa dijelaskan dengan “teori kecepatan”, baik kecepatan suara maupun cahaya. Teknologi transportasi udara misalnya  bisa menjelaskan fisibilitas perjalanan Rasulullah itu.  

Sekian tahun yang lalu, pesawat Concorde yang sudah pensiun itu mampu terbang dengan kecepatan 2.200 kilometer/jam. Bahkan yang mutakhir ada pesawat yang lebih cepat dari itu, yakni  pesawat  Antipode yang bisa terbang dengan kecepatan 26.000 kilometer/jam.

“Jadi teori kalam yang menyebutkan bahwa Rasulullah itu melakukan Isra’ Mi’raj hanya dengan  rohnya, karena  tak logis bila dengan jasadnya, runtuh dengan sendirinya. Karena kemajuan teknologi sudah menjawabnya,” urainya.

Menurut penulis buku Kiai Muchit, Kiai Kelana itu  umat Islam wajib percaya bahwa Rasulullah melakukan Isra’ dan Mi’raj dengan jasad dan rohnya sekaligus. Itu adalah satu dari sekian tanda kebesaran Allah Yang Maha Kuasa untuk memperlambat dan mempercepat  waktu serta maha kuasa memperpendek dan memperpanjang jarak. Isra’ Mi’raj adalah sebuah peristiwa legendaris sekaligus mandataris. 

“Sebuah perjalanan yang membuahkan perintah shalat lima waktu. Shalat yang khusyu’ dan thuma’ninah akan menjadi pintu kebahagiaan dan kemenangan atas umat lain,” pungkasnya (Aryudi Abdul Razaq/Muiz).