Daerah

IPPNU Tulungagung Dukung Penerimaan Siswa Sistem Zonasi

NU Online  ·  Selasa, 29 Mei 2018 | 01:30 WIB

Tulungagung, NU Online
Dalam sistem penerimaan siswa baru diberlakukan model zonasi. Yakni madrasah dan sekolah diharuskan memprioritaskan kepada anak-anak di sekitar lembaga berada. Setelah terisi, baru beberapa persennya diperuntukkan bagi peserta didik jauh. Sistem zonasi tidak hanya berlaku bagi siswa, juga bagi tenaga pengajar. 

Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Tulungagung, Jawa Timur mengapresiasi kebijakan pemerintah setempat terkait penerapan jalur zonasi. Aturan tersebut akan berlaku pada Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB tahun ajaran 2018/2019. 

Hal tersebut mengemuka pada diskusi yang diselenggarakan PC IPPNU Tulungagung dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Tulungagung, Senin (28/5).

Ajeng Rachmawati Muziar sebagai Ketua Pimpinan Rantimng IPPNU Campurdarat menyampaikan dukungan atas zonasi tersebut. “Bahwa pemerataan siswa sebagai tujuan dari jalur zonasi pada PPDB harus dibarengi dengan pemerataan guru yang berkualitas di setiap sekolah,” katanya. Dengan guru yang berkualitas, maka calon siswa baru akan yakin dalam memilih sekolah sesuai zonasi, lanjutnya.

Ajeng menambahkan, pemerataan guru yang berkualitas akan membangun opini publik bahwa sekolah itu semua sama rata. “Mengingat kualitas guru menjadi salah satu alasan orang tua peserta didik baru dalam menentukan pilihan sekolah untuk anaknya,” ungkapnya.

Sedangkan Ni'matul Laili mengemukaan bahwa PPDB tahun ini secara teknis harus lebih baik dari sebelumnya. “Semua harus dilaksanakan sesuai peraturan,” harapnya.

Suliana sebagai Ketua PC IPPNU Tulungagung menyampaikan bahwa model zonasi sebagai pilihan terbaik. "Sistem zonasi ini sangat baik untuk pemerataan siswa,” ungkapnya. Dengan sistem ini semua sekolah baik di kota maupun di pinggiran akan mendapatkan siswa, lanjutnya.

Dia juga berharap bahwa sistem zonasi ini memudahkan siswa dalam mendapatkan sekolah yang terbaik. (Puspita Hanum/Ibnu Nawawi)