Daerah

IPNU& IPPNU Bojonegoro Terbitkan Tabloid Bintang

NU Online  ·  Kamis, 25 September 2003 | 07:03 WIB

Bojonegoro, NU.Online
Dewasa ini informasi merupakan komoditas primer yang dibutuhkan orang, seiring dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, mulai dari media cetak yang jumlahnya sudah puluhan bahkan ratusan, media elektronik yang semakin hari semakin bertambah, hingga internet sebagai sebuah media online yang mampu menyajikan informasi tercepat dan tanpa batas, sehingga lazim dikatakan bahwa peradaban pada masa ini merupakan peradaban masyarakat informasi.

Realitas yang hari ini terjadi, semakin menjamurnya media, baik cetak maupun elektronik yang selalu menyuguhkan perilaku sosial yang hampir dapat dikatakan berlawanan dengan norma- norma yang selama ini kita yakini bersama sebagai sebuah kebenaran. Kita, generasi muda, hampir tiap hari disuguhi informasi sampah dan informasi yang mengumbar seksualitas, dan yang lebih parah lagi diobral dengan harga yang sangat murah.

<>

Setelah sekian lama IPNU- IPPNU berada pada kondisi kegamangan unutk menentukan arah organisasi karena berbagai hal, diantaranya tentang adanya  wilayah antara IPNU dan Ansor yang menyebabkan kerancuan kaderisasi. Wilayah pendidikan dan pemberdayaan kader pelajar yang seharusnya menjadi basis garapan seakan terlupakan. Maka sebagai konsekuensi dari kembalinya IPNU – IPPNU ke basis pelajar pasca Kongres ke XIV Surabaya, perlu adanya sebuah usaha untuk mengawal perubahan tersebut.

Salah satu langkah yang dilakukan oleh IPNU- IPPNU cabang Bojonegoro adalah mendirikan lembaga penerbitan, dimana dalam lembaga ini akan terus konsisten mensosialisasikan berbagai hal yang berhubungan dengan dunia pembelajaran dan pendidikan yang berbasis lokalitas.

Banyak hal yang mungkin dapat dijadikan media pengembangan IPNU – IPPNU diluar kandang. Selama ini kita hanya menggarap putra – putri NU yang memang secara ideologis, biologis, dan cultur yang sama. Kita tidak pernah mencoba untuk mengembangkan nilai, visi, dan misi kita pada komunitas lain. Sehingga acapkali kita mendengar, merasakan dan melihat banyak kader muda potensial yang seharusnya menjadi penerus perjuangan misi aswaja, sekarang hilang, bahkan mungkin menjadi leader pada organisasi lain.

Dari berbagai alasan tersebut timbul sebersit kesadaran baru untuk senantiasa mengembalikan IPNU, yang secara yuridis institusional adalah Badan Otonom NU, yang bertujuan untuk mencetak personal NU dimasa yang akan datang, atau dengan bahasa lainnya, sebagai penyangga struktural, disamping fungsi pokok melestarikan ajaran islam ahlussunnah wal jama’ah, sesuai dengan visi dan misi NU sendiri.

Untuk mencapai tujuan dan target visi dan misi organisasi, sebagaimana dicanangkan dalam kongres ke XIV di Surabaya, yakni kembalinya IPNU – IPPNU pada basis pelajar, diperlukan sebuah ejawantah agar apa yang telah menjadi keputusan kongres dapat mencapai sasaran dengan tepat.

Langkah yang mencoba dilakukan oleh IPNU – IPPNU cabang Bojonegoro yang akan disampaikan ini hanyalah sebuah langkah alternatif, yang salah satunya adalah menerbitkan Tabloid ( media cetak ) yang secara khusus diperuntukkan kepada kalangan pelajar dan santri, disamping itu secara umum diharapkan tumbuh minat baca oleh para pimpinan internal organisasi maupun oleh kalangan nahdliyin yang lain.

Pilihan kenapa harus pelajar dan santri yang menjadi sasaran ( pangsa pasar ) diterbitkannya Tabloid ini ? Banyak hal sebenarnya yang menjadi landasan dan alasan diantaranya adalah penyakit klasik, yaitu minimnya minat baca dikalangan pelajar dan santri di IPNU – IPPNU, disamping karena tidak tersedianya bacaan yang sesuai dengan dunia kepelajaran dan berbasis pada ajaran islam ahlussunnah wal jamaah.

Adalah fakta yang tak bisa dipungkiri, media massa – baik dalam bentuk majalah, tabloid, maupun bacaan ringan yang lain, telah dikuasai oleh kelompok di luar kita. Sebagai contoh, Majalah remaja islami Annida, Karima, al- Hidayah, Sabili, Ummi, Saksi, dan lain- lain, kemudian versi tabloidnya ada Al- Fikri, Nurani, dan lainnya hampir telah menguasai pangsa pasar remaja muslim di seluruh indonesia. Percaya atau tidak, dalam kurun tidak lebih dari sepuluh tahun ke depan, mereka akan menjadi raksasa informasi di negeri yang konon jumlah mayoritas penduduknya adalah Nahdliyin.

Ini adalah fakta yang seharusnya menjadi tantangan besar bagi kaum muda NU, diawal tulisan ini telah dikatakan mengenai kekuatan media dalam rangka pembentukan public opinion, yang sangat dahsyat. Pengetahuan yang didapat remaja – pelajar – lebih banyak diperoleh dari media ( cetak-elektronik ) daripada pengetahuan yang didapat dari pendidikan formal. Dan adalah tugas kita bersama untuk tetap mempertahankan NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang tetap istiqomah dalam rangka pembentukan karakter bangsa 

Hadirnya media ini dimaksudkan mencukupi tersedianya bacaan remaja ilmiah populer yang sesuai dengan kerangka pemikiran islam ala Ahlus Sunnah Wal Jamaah, tersedianya media yang dapat menambah wawa