Daerah

Innalillahi, Aktivis Muslimat NU Jatim Periode Awal Wafat

Jum, 7 Februari 2020 | 09:15 WIB

Innalillahi, Aktivis Muslimat NU Jatim Periode Awal Wafat

Almarhumah Hj Nur Zainab Noer Azis bersama suami. (Foto: Istimewa)

Sidoarjo, NU Online
Berita duka dan kehilangan kembali mengisi lembaran hari di akhir-akhir ini. Salah seorang pegiat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau IPPNU, Fatayat NU, serta Muslimat NU di Jawa Timur, Hj Nur Zainab Noer Azis wafat, Rabu (6/2). Innalillahi wainna ilahi rajiun.
 
Alamarhumah pernah diamanahi sebagai Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat NU Jawa Timur dan sekretaris periode pertama Pimpinan Wilayah IPPNU Jatim. 
 
Hingga akhir hayatnya, Hj Nur Zaenab Noor tercatat sebagai Ketua Yayasan Taman Pendidikan Putri (TPP) Khadijah Surabaya, juga Ketua Pengurus Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo.
 
Dalam sebuah kesempatan, almarhumah menjelaskan bagaimana berkhidmah di jamiyah NU kala periode awal. Saat kendaraan jarang ditemukan, ongkos naik angkutan juga menjadi beban. Belum lagi jauhnya lokasi yang harus dijangkau. Apalagi yang melakukannya adalah perempuan dan masih berstatus sebagai pelajar. 
 
Hal tersebut diceritakannya pada acara halal bi halal dan silaturahim Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan IPPNU lintas generasi beberapa tahun lalu. Kegiatan berlangsung di aula Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya.
 
Kala itu dirinya hadir meskipun dengan memakai kursi roda demi mengingatkan para aktivis kekinian untuk bisa belajar ketulusan kepada para pendahulu. 
 
“Untuk dapat melakukan konsolidasi, dulu kami harus rela numpang truk karena kendaraan memang terbatas dan tidak memiliki ongkos yang cukup,” terang perempuan kelahiran 3 Juli 1939 itu.
 
Demikian pula untuk memantau perkembangan organisasi, undangan rapat sering dititipkan lewat secarik kertas untuk dapat memastikan akan melaksanakan koordinasi di waktu dan tempat yang telah ditentukan. 
 
“Kami sangat menghargai kesempatan bertemu,” kenangnya.
 
Meskipun sebagai pelajar perempuan, para pegiat IPPNU kala itu tidak ingin dipandang sebelah mata oleh kalangan IPNU. 
 
“Saat akan ada rapat bersama IPNU, kami melakukan rapat sebelumnya untuk membahas sejumlah persoalan sekaligus membagi siapa yang akan menjadi juru bicara,” katanya. Dengan demikian ketika rapat berlangsung, utusan IPPNU dapat menyampaikan pandangan dan aspirasi, bukan sekadar menjadi pelengkap, lanjutnya.
 
Hj Nur Zainab kemudian menceritakan bagaimana para pelajar perempuan NU kala itu harus mendatangi para pengusaha dan kantor pemerintah untuk mendapatkan dana ketika hendak menyelenggarakan kegiatan. 
 
“Satu demi satu kami datangi,” kata perempuan yang tinggal di Sidoarjo tersebut.
 
Kepada anak muda yang hadir ketika itu, dirinya juga mengingatkan bahwa kala berkhidmah di NU lewat posisi apapun jangan termotivasi mencari jabatan. 
 
“Saat aktif di NU, jangan sekali-kali memiliki motivasi merebut jabatan, apalagi untuk mendapatkan keuntungan materi,” katanya serius.
 
Di akhir paparan, dirinya mengingatkan para aktivis IPNU dan IPPNU era kekinian untuk menjaga ketulusan niat dan juga kekompakan. 
 
“Jaga terus niat kalian dan tetap kompak,” pungkasnya.
 
Kini, Hj Nur Zainab telah berpulang dengan meninggalkan IPPNU, Muslimat NU, RSI Siti Hajar di Sidoarjo, TPP Khadijah Surabaya, serta semangat pantang menyerah yang didedikasikan.
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin