Daerah

Ini Dialog Panjang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Seputar Kurban

NU Online  ·  Rabu, 14 September 2016 | 14:02 WIB

Surabaya, NU Online
Ada dua peristiwa agung ketika umat Islam memasuki bulan Dzulhijjah. Pertama adalah haji, dan berikutnya pelaksanaan ibadah kurban. Peristiwa haji berawal dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah.

"Dan  kala itu ada dialog singkat antara Allah dan Nabi Ibrahim tentang kesiapan membangun Ka’bah dengan dua permohonan," kata KH Farmadi Hasyim, Rabu (14/9).

Kedua permintaan ini adalah dijadikannya Mekkah sebagai kawasan yang aman. "Yang kedua, para penduduk Mekkah nantinya akan dijamin memperoleh rezeki yang berlimpah, halal dan tentu saja berkah dengan topangan sumber daya manusia yang mumpuni," terang Kepala Seksi Haji dan Umrah Kementerian Agama Kota Surabaya ini.

Permohonan Nabi Ibrahim diterima sehingga dibangun Ka’bah yang dilanjutkan dengan pembuatan laporan sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah antara ayat 126 hingga 127. Ketika Ka’bah telah selesai dibangun, tugas Nabi Ibrahim belum selesai. "Berikutnya, Nabi Ibrahim diperintah naik ke Jabal Abi Qubais demi memanggil seluruh anak cucunya untuk melaksanakan ibadah haji," kata Wakil Ketua Lembaga Dakwah NU Jatim ini.

Bahkan dalam Tafsir Qurtubi pada surat Al-Haj ayat 27 menyebutkan bahwa anak cucu Nabi Ibrahim telah diwajibkan berhaji agar mendapat pahala surga dan diselamatkan dari siksa neraka. "Saat itulah ada anjuran untuk memenuhi panggilan Allah berupa haji ini," kata Kiai Farmadi.

Mereka yang telah lahir atau masih dalam kandungan akan menjawab dengan kalimat talbiyah, "labbaik allahumma labbaik". "Barangsiapa yang menjawab sekali, insya Allah akan mendapatkan kesempatan haji sekali. Demikian pula yang menjawab lebih, maka insya Allah akan menjalankan ibadah haji sesuai hitungan jawaban talbiyahnya," terangnya.

Sedangkan pada peristiwa kurban, ada sejumlah permohonan dari Nabi Ismail kepada ayahnya sesaat sebelum disembelih.  "Pertama adalah agar mengikat tangannya dengan kuat supaya tidak bergerak," katanya.

Demikian pula sang ayah diharapkan menyingsingkan lengan baju agar darah Ismail tidak mengenai baju. "Saya khawatir kalau ayah pulang dan ibu melihat percikan darah di lengan baju, maka akan sedih dan tidak ikhlas," jelasnya.

Nabi Ismail AS berharap agar ayahnya mempertajam pisau yang akan digunakan dan mempercepat prosesi penyembelihan. "Segerakan pisau tersebut menempel di leherku agar kematianku tidak terasa," ungkapnya.

Ismail juga berpesan apabila ayahnya pulang dan bertemu dengan ibunda, maka hendaklah menyampaikan salam takdzim bahwa dirinya sudah menghadap Allah terlebih dulu dengan harapan dipertemukan di surga.

"Terakhir, kalau ayah dan ibu menginginkan untuk melihat baju yang dikenakan Ismail, boleh saja dilakukan dengan harapan dapat menjadi penawar rindu," katanya.

Kiai Farmadi menjelaskan bahwa perbincangan jelang penyembelihan yang akhirnya digantikan dengan hewan kurban itu diambil dari salah satu kitab. "Dialog Ismail dan ayahnya yakni Nabi Ibrahim itu tertera dalam kitab Shafwatut Tafasir karya Syeikh Ali As-Shabuni," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)