Daerah

Ikuti Pelatihan Shalat Jenazah, Warga Perlu Andalkan Tokoh Agama

NU Online  ·  Rabu, 8 Juli 2015 | 10:30 WIB

Gunungkidul, NU Online
Senin malam ba’da shalat Tarawih (06/07/2015), puluhan jemaah mushala Nurul Inayah dusun Pringsurat desa Ngloro Saptosari Gunungkidul yang terdiri dari berbagai latar belakang usia tidak langsung membubarkan diri. Pengurus takmir masjid mengumumkan bahwa malam itu akan diadakan lanjutan praktik mengurus jenazah yang akan diisi oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
<>
Tak berselang lama, delapan pemuda-pemudi berjas almamater hijau maju di tengah-tengah jemaah putra. Sambil menata meja, salah seorang dari mereka menjelaskan bahwa malam itu praktik shalat jenazah dilanjutkan setelah sebelumnya diadakan pada hari Sabtu 04 Juli lalu.

“Beberapa hari lalu kita telah sama-sama mempelajari teori pengurusan jenazah, mulai hukum, syarat-syarat, hingga bentuk sebuah kuburan. Hari ini kita praktik nggeh ibu-ibu, bapak-bapak,” kata Abdullah S, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang diiyakan warga.

Praktik diawali simulasi ketika ada warga yang tengah menghadapi sakratul maut. Yang harus dilakukan oleh orang terdekatnya adalah melakukan talqin untuk menuntun warga tersebut membaca kalimat laa ilaa ha illallah di ujung hayatnya. Jika diyakini sudah meninggal dunia, maka segerakan si mayat untuk diurus sebagaimana ajaran Islam yaitu memandikan, mengafani, menshalati, dan menguburkan.

“Keempat hal tersebut hukum pelaksanaannya adalah fardlu kifayah, namun menjadi kewajiban bagi setiap individu,” tutur Abdullah S lagi. Artinya jika ada salah seorang yang telah melaksanakan, maka gugur kewajiban yang lain. Sebaliknya jika tidak ada yang melaksanakan, maka menjadi dosa bagi seluruh warga di desa tersebut. 

“Untuk itu pelatihan semacam ini sangat penting diadakan,” sambungnya.

Praktik kemudian dilanjutkan dengan mengafani, menshalati dan menguburkan jenazah. Abdullah mengatakan bahwa banyak versi tuntunan untuk mengurus jenazah ini. Ia menjelaskan beberapa versi yang bisa digunakan warga dan menjadi tradisi di kebanyakan tempat di Indonesia. Perbedaan tersebut tidak perlu dijadikan perdebatan berkepanjangan karena masing-masing tuntunan memiliki dalil masing-masing.

Ketua KKN kelompok 130 Ilham Dwi Maryadi menjelaskan tujuan diadakan kegiatan ini memang untuk mengenalkan kepada warga tata cara mengurus jenazah yang baik dan benar sesuai sunnah Rasul sebagaimana dijelaskan ulama-ulama salaf dalam berbagai kitab seperti Kifayatul Akhyar dan Masail Janaiz. Ia juga mengatakan pelatihan tersebut sekaligus menjadi latihan awal para mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat di desanya masing-masing.

Dalam sambutannya, ketua takmir mushala Nurul Inayah Rohmat mengapresiasi kegiatan tersebut. Karena tidak dipungkiri selama ini warga dusun selalu mengandalkan seorang kaum, tokoh agama, untuk melakukan perawatan kepada jenazah. Padahal bisa jadi suatu hari ada kematian sementara bapak kaum sedang tidak ada di dusun. Dengan mengikuti kegiatan ini diharapkan para warga mulai menyadari kewajiban bersama bagi umat Islam dalam merawat jenazah tersebut. (Sarjoko/Mukafi Niam)