Daerah

Hadapi PP 109, ISNU Kudus Gelar Ngaji Kretek

NU Online  ·  Sabtu, 9 Agustus 2014 | 12:03 WIB

Kudus, NU Online
Akhir abad ke-IX, H. Jamhari, warga Kudus, dengan sesadar diri bereksperimen membuat lintingan klobot berisi tembakau dan cengkeh untuk diisapnya. Ini bukan untuk dikomersilkan, melainkan demi mengobati penyakit yang dideritanya saat itu, batuk asma.
<>
Rupanya eksperimen ini berhasil, dan H. Jamhari sembuh. Lalu terkenallah rokok obat itu sampai ke para tetangga, hingga masyarakat luas. Hingga sekarang rokok itu bernama rokok kretek, karena saat dinikmati rokok itu keluar bunyi “kretek-kretek”. Ini rokok khas Nusantara, bukan yang lain.

Ironis, jika kini pemerintah justeru melegalkan peraturan tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi Kesehatan. Apalagi, kini perusahaan rokok menjadi salah satu tombak perekonomian di Nusantara. Di Kudus, industri rokok menjadi penopang ekonomi hampir dari separuh warganya.

Menghadapi hal ini, Jumat (8/8) kemarin, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kudus mengadakan workshop “Ngaji Kretek” di hotel Home Kudus. Pengajian ini mengusung tema “Kretek; dari Diskriminasi hingga Telikungan Kepitalisme Global”.

Narasumber dalam Ngaji Kretek ini adalah Djoko Herryanto (Devisi Riset dan Development PT. Djarum), Zamhuri (Deputi Riset Masyarakat Pemangku Kepentingan Kretek Indonesia/MPKKI), Hasan Aoni Aziz (Gappri), H. Ahmad Faiz, LC. MA. (Dosen Selcuk Univeristy, Konya, Turki).

Acara ini membahas kontroversi rokok dari berbagai ranah yang melingkupinya. Antara lain segenap anasir kebudayaan yang ada, sejak politik ekonomi, tradisi, agama, sejarah. Pembahasan juga diarahkan pada kesejahteraan warga NU.

“Hampir separuh dari warga Kudus memenuhi kebutuhan hidupnya dari perusahaan rokok, dan mereka itu mayoritas adalah warga NU. Jadi permasalahan tentang rokok ini memang sudah menjadi tugas NU dan Banomnya. Kita menyayangkan PP 109 bukan untuk membela para pengusaha rokok, melainkan untuk membela rakyat buruh,” ujar Zamhari.

Menurutnya, rokok menjadi produk Nusantara yang paling diurus oleh banyak pihak karena di dalamnya mengandung banyak peluang.

“Lihatlah, Nusantara sebagai salah satu penghasil sekaligus penikmat tembakau terbesar di dunia, tidak kemudian mengalami angka kematian tinggi bersebab penyakit yang katanya bersumber dari tembakau itu. H. Jamhari membuktikan, rokok sebagai obat. Berarti perusahaan farmasi juga berkepetingan merebut pasar tembakau dari pabrik rokok. Tembakau punya potensi uang yang besar. Ia punya harga yang mahal. Satu-satunya produk kita yang begitu banyak diurus oleh pelbagai pihak ya rokok, sebab ada banyak kepentingan politik di sana. Politik ekonomi, utamanya, sebagai ganti dari lakon imperialisme,” penulis buku Republik Kretek; dari Kudus untuk Dunia (2013) ini bertutur.

Acara Ngaji Kretek dihadiri oleh para aktivis mahasiswa, persatuan pengusaha rokok, politisi, akademisi, pegiat sosial, serta segenap pengurus banom NU Kudus.[Istahiyya/Abdullah Alawi]