Daerah

Gus Zaki, Pesantren, dan Surat Al-Kahfi

Kam, 2 Juli 2020 | 06:45 WIB

Gus Zaki, Pesantren, dan Surat Al-Kahfi

Pengasuh Pondok Pesantren Al Masruriyah, almarhum KH Ahmad Zaki Hadziq. (Foto: RMINU Jatim)

Jombang, NU Online
Wafatnya KH Agus Muhammad Zaki Hadzik (Gus Zaki) pada Rabu (1/7) meninggalkan banyak kenangan di hati para sahabat dan santrinya. Diantaranya adalah Wakil ketua Aswaja NU Center Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang 2019-2022, Abdul Majid Shiddiq.


Abdul Majid menceritakan, suatu hari ia dan istri sowan ke Gus Zaki di Pondok Pesantren Masruriyah Tebuireng Jombang dalam rangka minta doa untuk kandungan istri yang sudah memasuki usia 6 bulan.


"Ternyata Gus Zaki mau bepergian, ahirnya saya dan istri ditemui beliau di depan gerbang Pondok Masruriyah. Gus Zaki pesan, Cak Majid kalau anaknya ingin 'sundul langit' (jadi orang hebat) bacalah surat Al-kahfi, terutama ibunya," jelas Majid, Kamis (2/7). 


Dari pertemuan itu, Majid mengatakan istrinya semakin mantap mengamalkan surat Al-Kahfi, sebab selama ini sudah menjadi rutinan istrinya.

Wakil Ketua Aswaja NU Center Jombang, Abdul Majid Shiddiq bersama almarhum KH Ahmad Zaki Hadziq (Gus Zaki) 

 

Gus Zaki yang dikenal Majid adalah sosok pendiri Majelis Zikir Saklawase. Pernah suatu ketika, Majid satu rombong dengan Gus Zaki dan teman-teman Majlis Zikir Saklawase dalam rangka takziyah ke salah satu jamaah. 


Di tengah perjalanan Majid bertanya ke Gus Zaki, rahasia sukses kehidupan Gus Zaki. "Saya tanya, Gus apa rahasia sukses jenengan kok begitu cepat?. Ahirnya Gus Zaki menjawab, baca salawat 1000 kali dan Ya hayyu ya qoyyum 1000 kali setiap hari," ungkap Majid.


Sebagai sahabat sekaligus santri, Majid sangat mencintai Gus Zaki. Ia sering dibayari makan gratis oleh Gus Zaki. "Akrab dengan beliau, dermawan, suka menghibur, beliau rendah hati, suka cerita tentang orang-orang saleh," tambahnya.


Kesaksian lain datang dari santri Gus Zaki bernama KH A Kanzul Fikri (Gus Fikri), Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah, Kwaron, Jombang saat ini.


"Gus Zaki adalah guru saya saat belajar di Pesantren Tebuireng tahun 1999. Ketika itu beliau mengajar Bulughul Maram," kata Gus Fikri.

Foto bersama keluarga Pesantren Al-Aqobah dengan almarhum KH Ahmad Zaki Hadziq (Gus Zaki)

 

Dalam kesaksian Gus Fikri, sosok gurunya ini adalah kepribadian yang egaliter, grapyak atau mudah akrab dengan siapapun. Tak kalah menariknya, Gus Zaki juga humoris dan memiliki segudang cerita terkait masyayikh Pesantren Tebuireng.


"Sosok yang optimis, hal ini dibuktikan dengan planning beliau pada dunia pesantren, khususnya pesantren Al-Khadijah yang dirintis beberapa tahun terakhir," ungkapnya.


Gus Fikri menjelaskan, sosok Gus Zaki juga aktif di organisasi. Hal ini terbukti keduanya aktif di Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU). Bedanya Gus Zaki tingkat wilayah dan Gus Fikri di Kabupaten Jombang.


Gus Zaki juga aktif membangun dan merajut kembali para dzurriyah masyayikh pendiri NU dengan jejaring pesantren di Jawa Timur khususnya, agar tetap nyambung di level generasi saat ini.


"Sosok yang memajukan RMI Jatim dengan sukses menyelenggarakan agenda berskala nasional. RMI Jatim menjadi maju ditangan beliau," tandas Gus Fikri.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin