Daerah

Guru Madrasah di Semarang Gelar Pelatihan Peningkatan Mutu

NU Online  ·  Sabtu, 8 September 2018 | 13:00 WIB

Semarang, NU Online
Minimnya tunjangan tidak menyurutkan semangat guru madrasah non-PNS di Kota Semarang, Jawa Tengah. Mereka tetap berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses belajar mengajar bagi para anak didik. Bahkan dengan tunjangan profesi yang ada, rela mengikuti pelatihan dengan biaya sendiri. 

Demikian disampaikan Mujib Sya’roni selaku Ketua Ikatan Guru Madrasah Kota Semarang (Igmakos) di sela kegiatan workshop peningkatan mutu guru madrasah di Islamic Centre Manyaran Semarang, Sabtu (8/9). 

“Kegiatan ini sebagai gerakan moril dari para guru non-PNS yang sudah mendapatkan tunjangan profesi,” katanya. 

Baik mereka yang menerima inpassing ataupun non-inpassing untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses belajar mengajar. “Apalagi saat ini paradigmanya berbeda, karena sebelumnya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini menggunakan Kurikulum 2013 (K-13),” ungkap Sya’roni.

Plt Kementerian Agama Kota Semarang, Rahmat Pamudji mengapresiasi workshop yang dilaksanakan Igmakos. “Kegiatan ini mendorong guru madrasah meningkatkan kompetensi dan kinerjanya sehingga mutu pendidikan madrasah meningkat,” katanya.

Sedangkan Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kota Semarang, Fatkhurozy mengatakan kegiatan ini wujud nyata pengabdian guru non-PNS untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah meski dalam keterbatasan.

“Sementara beredar isu guru yang sudah mendapatkan tunjangan profesi mutunya kurang, tapi kita bisa lihat sendiri bahwa hal itu tidak terjadi di Semarang,” ungkapnya. 

Secara pribadi dirinya sangat terharu melihat antusias peserta. “Apalagi secara sukarela mengadakan kegiatan ini dari swadaya,” kata doktor lulusan Unnes tersebut. 

Lebih lanjut Fatkhurrozi menjelaskan bahwa pihaknya yang menaungi pendidikan madrasah di Semarang siap memfasilitasi kegiatan serupa di masa mendatang. “Hal itu untuk memberikan rasa keadilan bagi para guru madrasah sehingga tidak merasa terdiskriminasi dengan dikotomi status PNS dan honorer,” jelasnya.

Workshop dihadiri 378 peserta yang berasal dari guru di tingkat Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kegiatan yang sama untuk guru tingkat Raudhatul Atfal (RA) diadakan di Pascasarjana Universitas Wahid Hasyim Semarang. (M Sulhanuddin/Ibnu Nawawi)