Daerah

Gandrung Shalawat, Musik Andalan Lesbumi NU Jember

Jum, 27 September 2019 | 10:30 WIB

Gandrung Shalawat, Musik Andalan Lesbumi NU Jember

Penampilan Gandrung Shalawat PC Lesbumi Jember, Jatim. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online
Pengurus Cabang  (PC) Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) Nahdlatul Ulama Jember, Jawa Timur memiliki grup shalawat yang cukup unik. Namanya Gandrung Shalawat. Sesuai dengan namanya, Gandrung Shalawat merupakan genre kesenian yang memadukan  musik gandrung dan shalawat. Alat musik utamanya adalah gamelan dan rebana.
 
“Gandrung Shalawat ini memang kita bikin sedemkian rupa untuk mengakomodir, atau tepatnya menyatukan penggemar musik dari dua jenis itu (gandrung dan shalawat, red),” kata penggagas Gandrung Shalawat, H Mahmood Abdul Hameed kepada NU Online di sela persiapan PeringatanTahun Baru Islam dan Santuan Anak Yatim di Desa Pontang, Ambulu, Jember, Jumat (27/9).
 
Menurut H Mahmood, sapaan akrabnya, Gandrung Shalawat diciptakan sejak tiga tahun lalu saat dirinya baru kembali dari Makkah. Dikatakannya, ketika berada di tanah haram tersebut, salah seorang pecinta budaya meminta dirinya agar melestarikam budaya Indonesia yang begitu beraneka ragam. 
 
“Ketika kembali ke Jember, saya berinisiatif untuk menggalakkan shalawat dengan segmen penggemar yang sedikit beda,” ungkapnya.
 
H Mahmood berangan-angan bahwa pecinta shalawat tidak hanya dari kalangan muslim yang sudah ‘kokoh’ tapi juga yang masih mencari jati diri, dan itu sebagian menjadi penggemar gandrung. Dari angan-angan itulah, maka ia kemudian mempunyai ide untuk memadukan gandrung dan  shalawat.
 
“Posisi saya hanya mamadukan dua musik yang kedengarannya berseberangan itu. Karena saya orang kesenian dan menjadi penasihat Lesbumi, maka Gandrung Sahalawat saya peruntukkan bagi Lesbumi Jember sebagai ciri khas keseniannya,” terangnya.
 
Humas Pengurus Wilayah (PW) Lesbumi NU Jawa Timur itu menegaskan bahwa gandrung merupakan kesenian tradisional Banyuwangi yang didominasi tarian wanita dan pria berpasangan dengan orkestrasi khas. Tapi untuk Gandrung Shalawat dipastikan tidak ada tarian itu.
 
Yang ada adalah pembacaan shalawat dengan iringan bunyi gamelan dan  rebana. Lantunan shalawat tidak hanya dilagukan seperti biasanya, namun juga mengadopsi lagu-lagu ciri khas gandrung.
 
“Dan alhamdulillah, penggemarnya juga beragam, muda-mudi yang masih butuh sentuhan agama juga ikut,” pungkasnya.
 
Sementara itu, PC Lesbumi NU Jember mengepresiasi munculnya Gandrung Shalawat. Diakuinya, Gandrung Shalawat akan menjadi identitas musik Lesbumi NU Jember.
 
“Yang begini ini perlu kita apresiasi.  Ini karya orang Lesbumi,” tandasnya.
 
 
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi