Daerah

Fesyen Ajaib di Muka Bumi ala Muslim Indonesia

NU Online  ·  Jumat, 24 Agustus 2018 | 19:53 WIB

Bandung, NU Online 
Budayawan Hawe Setiawan menilai, umat Islam Indonesia memiliki kreativitas yang ajaib dalam memadupadankan fesyen dari luar menjadi bentuk yang baru. Dan bentuk baru tersebut enak dipandang.   

“Di NU yang saya kenal ada kreativitas mengelola elemen dari berbagai sumber, tapi kemudian dengan cara sendiri menjadi cara dia menghadirkan diri sebagai Muslim,” katanya pada diskusi rutin Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpedam) PWNU Jawa Barat di kediaman Enjang AS, Cibiru, Kota Bandung, Ahad (26/8).

Kolumnis kelahiran Subang tersebut mencontohkan, Muslim Indonesia peci beludri buatan M. Iming dengan pakaian jas Eropa. 

“Uniknya jas disambung dengan kemeja tanpa kerah. Jadi, tak perlu pakai dasi. Ini agaknya dari China. Dan lebih ajaib lagi, ke bawahnya sarung. Tidak pakai celana. Saya kira, jadi itu,” katanya. 

Sementara alas kakinya, lanjut pria yang gemar bersepeda ini, tidak dengan sepatu, melainkan sandal kulit dari Tasikmalaya. 

“Kalau kita pikir-pikir, tidak ada fesyen yang lebih ajaib dari itu di muka bumi ini. Dan karasana teh pantes we kitu (dan rasanya pantas dilihat),” jelasnya. 

Deskripsi tentang busana tersebut, diungkapkan Hawe dalam sebuah kolomnya, Balap Sarung. 

“Saya lihat sarung Kiai Ma’ruf Amin (Rais Aam PBNU, red.) dilengkapi ikat pinggang. Kain populer itu tidak hanya digulung, melainkan juga diikat. Dengan itu, lilitan sarung di pinggang niscaya tambah kuat. Kalaupun Pak Kiai diminta berlari cepat, pangersa tidak perlu khawatir sarungnya merosot di arena balap,” demikian kolom pembuka Hawe yang dimuat di Pikiranrakyat.com.

Di bagian lain kolom itu, Hawe menjelaskan tidak penting kita mencari keaslian dalam busana orang Indonesia, sebab sarung sendiri merupakan produk impor, tapi justru kemampuan meramu dari berbagai gaya pakaian menjadi sesuatu yang khas dan baru.   

“Sia-sia jika kita mencari-cari mana elemen yang asli Indonesia. Hal terpenting adalah kesanggupan orang Indonesia meramu berbagai elemen itu sedemikian rupa hingga terbentuk penampilan yang unik. Yang penting, hasil ramuan itu sudah terasa lazim, jadi bagian dari dunia sehari-hari,” tulisnya. (Abdullah Alawi)