Daerah

Doa Tidak Bisa Dipisahkan sebagai Ikhtiar Lawan Corona

Rab, 22 April 2020 | 00:00 WIB

Doa Tidak Bisa Dipisahkan sebagai Ikhtiar Lawan Corona

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, KH Izzat Umari (pegang mik) pada Istighotsah Kubro, Tahlil dan Shalawat bil Qiyam di Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online
Penerapan status darurat Covid-19 sudah berlangsung cukup lama, bahkan beberapa daerah terpaksa memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk menghambat transmisi penyebaran virus yang mematikan itu. Namun  hasilnya belum maksimal. Di sisi lain dalam beberapa hari kedepan, bulan Ramadhan segera tiba.

Berpuasa dengan kondisi yang sangat terbatas akibat efek berantai menculnya Covid-19, tentu sangat  mengganggu. Apalagi mushala dan masjid terancam tidak ada pelaksanaan shalat tarawih. Namun apa boleh buat, semua harus dijalani dengan tabah dan sabar.

“Senjata kita yang masih tersisa dan tidak pernah habis adalah doa,” kata Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember (UIJ), Jasuli, Selasa (21/4).
 
Penegasan terrsebut disampaikan saat memberikan pengantar singkat dalam Istighotsah Kubro, Tahlil dan Shalawat bil Qiyam di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Wakil Sekretaris Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jember itu mengajak mahasiswa dan masyarakat untuk berdoa kepada Allah agar Covid-19 segera ‘pergi ‘ dari bumi Nusantara. Katanya, penyakit tidak bisa hanya dilawan dengan kekuatan medis.  Sebab, yang menciptkan penyakit dan mampu menghilangkannya adalah Allah SWT.

“Mari kita pasrahkan kepada Allah. Kita berdoa agar Corona hilang sekaligus kita sambut Ramadhan dengan riang gembira,” ungkapnya.

Di bagian lain, Jasuli menegaskan bahwa acara yang digelar oleh Fakultas Tarbiyah UIJ tersebut ditempatkan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum untuk menyegarkan ingatan bahwa salah satu pendiri kampus adalah pengasuh pesantren tersebut, yakni almarhum KH Khotib Umar.

“Jadi, ada tiga kiai pendiri UIJ, yaitu Kiai Khotib Umar, Kiai Jauhari, dan Kiai Dhofir Salam. Beliau-beliaulah yang punya jasa besar terhadap UIJ,” ucap Jasuli.

Alumnus Pesantren Maqnaul Ulum, Sukowono itu mengaku bangga UIJ didirikan oleh para kiai NU dan dibesarkan oleh Nahdliyin. Karena itu, Jasuli memastikan bahwa Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) wajib menjadi dasar pendidikan dan perilaku sivitas UIJ. Sehingga diharapakan kader-kader NU yang mumpuni lahir dari kampus tersebut.

“Mari kita besarkan bersama-sama, UIJ,” pintanya.

Di tempat yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, KH Izzat Umari memberikan apresiasi terhadap kegiatan tersebut. Menurutnya, doa adalah elemen penting dalam ikhtiar manusia. Sehingga doa tak boleh dilewatkan dalam setiap usaha anak Adam.

Ra Izzat, sapaan akrabnya, menyatakan yakin  Covid-19 akan segera ‘pergi’. Sehingga situasi kembali normal, dan tradisi kumpul-kumpul yang biasa dilakukan warga NU, kembali menghiasi kegiatan masyarakat.

“Untuk itu, mari kita berdoa. Sebelum doa dipanjatkan, kita mohon ampun kepada-Nya agar doa terkabul,” ucapnya.

Kegiatan digelar secara daring (dalam jaringan) untuk menghindari berkumpulnya orang. Selain Jasuli dan Ra Izzat, hadir juga KH Sholeh Ahmad, salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum.

Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi