Daerah

Diskusi Gusdurian, Peserta Diingatkan 9 Nilai Utama Gus Dur

Sel, 8 Oktober 2019 | 12:30 WIB

Diskusi Gusdurian, Peserta Diingatkan 9 Nilai Utama Gus Dur

Suasana diskusi komunitas Gusdurian Gresik, Jatim. (Foto: NU Online/M Jauhari Utomo)

Gresik, NU Online
Komunitas pecinta Gus Dur yang tergabung dalam komunitas Gusdurian Gresik, Jawa Timur menyelenggarakan diskusi rutin pertama di Oase Coffee dan Literasi Gresik. Kegiatan ini bekerja sama dengan Forum Masyarakat Gresik Pecinta Keberagaman, Senin (7/10).
 
Diskusi dipandu Khosi'ah dan dibuka dengan memperkenalkan komunitas Gusdurian Gresik dan 9 nilai utama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Selain itu dirinya menjelaskan bahwasannya komunitas Gusdurian bergerak atas dasar 9 nilai utama Gus Dur dan non politik praktis. 
 
“Setiap orang yang berada dan bergabung di Gusdurian ini harus memegang prinsip itu,” katanya.
 
Berikutnya acara dilanjut dengan perkenalan dari masing-masing yang hadir, di antaranya yang hadir ada dari Lamongan, Surabaya , Bojonegoro dan Tuban. Selain itu, tokoh dari lintas agama pun turut meramaikan diskusi tersebut.
 
Diskusi dibuka pernyataan Gus Chorul Anwar yang megemukakan bahwa  ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satu-satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. 
 
“Ketauhidan didapatkan lebih dari sekadar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan,” urainya.
 
Gus Irul, sapaan akrabnya melanjutkan bahwa ketauhidan menghujamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber dan rahmat kehidupan di jagad raya. 
 
“Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan,” jelasnya.
 
Narasumber kedua, Al-Muiz Liddinillah meninjau Gus Dur dan Indonesia dari nilai Islam sendiri. Di mana Islam adalah agama yang relevan kapan pun dan di manapun.
 
"Gus Dur dalam artikelnya menjelaskan bahwa Islam tidak pernah menjelaskan konsep negara secara definitif. Nabi Muhammad tidak pernah menampakkan wajah politik, tapi moral. Dalam Islam pun ada beraneka ragam model pergantian kepemimpinan yakni ikhtilaf, baiat hingga ahlul halli wal aqdi," tutur Muiz.
 
Yang lebih dari itu, sebagaimana yang pernah disampaikan Ibnu Khaldun, bahwa dalam bernegara membutuhkan rasa kebangsaan. 
 
“Dalam hal ini Gus Dur selalu mengajarkan kita untuk merawat perasaan kebangsaan. Bangsa yang terus merawat keberagaman,” ungkapnya. 
 
Khosiah menjelaskan, kegiatan ini diselenggarakan atas mandat jaringan Gusdurian nasional. Tujuannya, untuk menghidupkan kembali nilai-nilai yang telah diajarkan oleh bapak bangsa tersebut. 
 
“9 nilai itu di antaranya, ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan yang terakhir kearifan lokal,” katanya.
 
Dalam pandangannya, Gus Dur sudah mengajarkan sejumlah hal di atas, “Kita harus melanjutkan," tandasnya.
 
 
Pewarta: M Jauhari Utomo
Editor: Ibnu Nawawi