Daerah

Di Tengah Pandemi Covid-19, Pesantren Al-Rosyid Bojonegoro Panen Buah Melon

Sab, 25 April 2020 | 11:30 WIB

Di Tengah Pandemi Covid-19, Pesantren Al-Rosyid Bojonegoro Panen Buah Melon

Bupati Bojonegoro, Anna Mu'awanah (empat dari kiri) petik buah semangka di Pesantren Al-Rosyid (Foto: NU Online/M Yazid)

Bojonegoro, NU Online
Di tengah pandemi Covid-19 dan puasa ramadhan di hari pertama, Pesantren Al-Rosyid Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Jumat (24/4) sore melakukan panen raya buah melon jenis golden apolo. 
 
Bahkan Bupati Bojonegoro, Anna Mu'awanah bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Bojonegoro menyempatkan hadir dan ikut memetik langsung panen melon pertama di area persawahan.
 
"Pemkab Bojonegoro sangat mengapresiasi bentuk enterpreuner di pesantren sudah dipelopori Pesantren Al-Rosyid," kata Anna, usai memetik langsung buah melon golden apolo dengan berat sekitar 3 kilogram.
 
Bupati perempuan pertama di Kota Ledre juga mengungkapkan, para santri selain belajar keagamaan ternyata juga belajar langsung ekonomi dalam bentuk pertanian. "Religiusnya tidak tertinggal kemudian ekonominya sebagai penopang garis depan," ungkapnya.
 
Ditambahkan, Pemkab akan selalu memberikan supporting siclus society, masyarakat, lembaga, dan sebagainya. Termasuk membuat kebijakan agar tumbuh enterprenuer dari kalangan santri ke depannya.
 
Pengasuh Pesantren Al-Rosyid KH Alamul Huda mengungkapkan, motivasinya menanam melon jenis golden apolo mungkin tantangan bagi kita. Sebab dimungkinkan se-Bojonegoro yang berani menanam melon pada bulan satu dan bulan dua hanya Al-Rosyid.
 
"Apalagi melon golden apolo ini tergolong sulit, kalau melon biasa agak mudah. Tapi karena ini sebuah tantangan dan jangan lupa di tanam dengan benar, kemudian diperlakukan dengan baik dan jangan lupa dengan doa dan usaha," tuturnya.
 
Gus Huda, panggilan akrab KH Alamul Huda mengakui sektor pertanian di pesantren ini menjadi satu ikon yang sangat penting akan keberhasilan dalam menanam melon ini. Pasalnya, para santri yang menanam langsung didampingi mentor dari masyarakat sekitar yang dipercayainya.
 
"Untuk penjualan di tempat bisa pangsung petik sendiri dan di depan juga menyediakan. Kalau petik sendiri harganya berbeda dengan beli biasa di depan," terang Gus Huda yang juga ketua FKUB Bojonegoro.
 
Di tanah seluas sekitar 200 meter persegi, setidaknya ada 2.000 lebih pohon tanaman melon golden apolo yang ditanam secara mandiri oleh santri Al-Rosyid. 
"Satu-satunya pesantren di Bojonegoro yang melatih santri bertani dan alhamdulillah berhasil," sambung Gus Huda.
 
Dijelaskan, melon ini adalah hasil karya usaha para santri mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Bisnis Islam Al-Rosyid (Stiebia) untuk mencoba sebuah usaha menanam melon. Bahkan melon yang ditanam sengaja jenis golden apolo atau melon emas.
 
"Kalau rata-rata biasanya hanya diproduksi di negeri ini dan paling berat 2,5 kilogram. Namun berkat tekad dan keuletan santri, di sini bisa menghasilkan dengan berat hampir 3,5 dan ada yang hampir 4 kilogram," jelasnya.  
 
Dikatakan, usaha pertanian ini menjadi salah satu tekad usaha, semoga berkah dan bermanfaat untuk pembelajaran para santri agar terampil menjadi entrepreuner. "Hasilnya sekarang bisa dipanen bertepatan dengan ramadhan," ungkapnya.
 
Selama masa panen ini lanjutnya, para pengunjung atau pembeli dapat memetik langsung melon tersebut dan berselfi di area persawahan. Kalau memetik sendiri harganya perkilo Rp25 ribu, berbeda dengan melon apolo golden yang dijual di toko modern yang harganya bisa mencapai Rp30 ribu perkilonya. 
 
"Selain metik sendiri buah melon dan berselfi di sawah, bisa menjadi tempat ngabuburit menunggu berbuka," imbuhnya.
 
Bupati hadir didamping Kapolres, Dandim 0813, dan Kajari Bojonegoro, serta disambut langsung Pengasuh Pesantren Al-Rosyid, KH Alamul Huda beserta istri dan para santri. 
 
Lokasi kebun melon milik ponpes setempat berada di samping barat jalan raya Bojonegoro - Temayang Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tepatnya di utara perempatan pasar Desa Ngumpakdalam sekitar 100 meter.
 
Kontributor: M Yazid
Editor: Abdul Muiz