Nasional

Kemenag Bentuk Posko Cegah Covid-19 di 50 Pesantren

Kam, 23 April 2020 | 21:30 WIB

Kemenag Bentuk Posko Cegah Covid-19 di 50 Pesantren

Penyerahan bantuan salah satu pesantren dari 50 pesantren Gugus Tugas Covid-19 Kementerian Agama RI. (Foto: Istimewa)

Tangsel, NU Online
Pondok Pesantren Annahdlah, Pamulang, Tangerang Selatan dan Pondok Pesantren Darus Sunnah, Ciputat, Tangerang Selatan menjadi dua pesantren terakhir yang tergabung dalam Gugus Tugas Covid-19 Kementerian Agama RI. 
 
Pesantren yang masing-masing didirikan oleh HM Asrorun Niam dan Imam Besar Masjid Istiqlal, almarhum KH Ali Mustofa Yaqub itu mendapat penyemprotan menyeluruh dan alat-alat screening, Kamis (23/4).
 
Alat-alat yang diserahkan kepada dua pesantren di Tangsel ini antara lain thermoscanner gun, cairan hand sanitizer, disinfektan, dan berbagai bahan mentah untuk diolah menjadi disinfektan secara mandiri. 
 
Pengurus Pesantren Darus Sunnah, Muhammad Hanifuddin mengungkapkan, di pondoknya yang memiliki kompleks asrama 1000 meter persegi ini menaungi 400 orang santri putra putri. Kontak antar santri di lingkungan pondok tidak mungkin terhindarkan lagi karena di asrama seperti ini tidak memungkinkan penerapan social distancing.
 
Saat masuk nanti diperlukan penanganan yang benar sesuai protokol yang direkomendasikan otoritas kesehatan. "Prosedur penanganan dan pencegahan penting supaya kami lebih waspada dan sigap apabila terjadi masalah," katanya. "Yang paling jelas, screening suhu badan akan diterapkan pada saat awal masuk santri nanti," tambahnya.
 
Alat pendeteksi suhu badan, tambah Hanifuddin, sempat sulit didapat di pasaran. Ia mengaku terbantu dengan alat thermoscanning bantuan Kemenag ini.
 
Dengan bergabungnya An-Nahdliyah dan Darus Sunnah, kini 50 pondok pesantren di Jabodetabek telah tergabung dalam Gugus Tugas Covid 19 Kementerian Agama. 
 
Sebagai lembaga pendidikan berasrama, pesantren merupakan salah satu titik rawan penularan Covid-19. Hal ini menjadi perhatian Kementerian Agama. Tim Gugus Tugas menemukan fakta, saat ini sebagian besar pesantren telah meliburkan santrinya hingga awal Juni mendatang.​​​​ Pada saat masuk nanti, ribuan orang dari berbagai daeran akan berkumpul di pondok dan tentu saja akan terjadi kontak intensif.
 
Humas Ditjen Pendidikan Islam Kemenag Sholla Taufiq mengungkapkan, Kemenag melalalui Ditjen Pendidikan Islam akan memantau dinamika pandemi ini melalui Satgas yang sudah dibentuk.
 
"Ini merupakan bentuk perhatian pemerintah kepada pesantren. Bila tidak diantisipasi sejak dini, hal ini akan memicu naiknya angka penderita Covid-19," katanya.
 
Sebanyak 50 pesantren yang tergabung dalam Gugus Tugas ini telah diberikan prosedur standar tentang mitigasi korona, meliputi pencegahan dan penanganan kasus. Protokol dan mitigasi Covid-19 di pondok pesantren penting dikuasai pondok pesantren agar lingkungan pondok tidak menjadi sarang penularan virus korona. Di 50 pesantren tersebut sekaligus didirikan Posko Gugus Tugas Covid 19 Kemenag dan diantara mereka telah dibentuk grup guna mempermudah jalur koordinasi. 
 
Saat ini terdapat 28.961 pondok pesantren di Indonesia dan 9.167 di antaranya berada di Jawa Barat. Di ibu kota DKI Jakarta terdapat 106 pesantren. Untuk Jabodetabek, gugus tugas pesantren ini diharapkan dapat menjadi benteng pertahanan pesantren secara mandiri.
 
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Imam Safei mengatakan, saat ini pihaknya baru menjangkau Jabodetabek karena daerah ini menjadi pusat sebaran korona terbesar. Bila ini selesai, ke depan akan diteruskan ke daerah-daerah.
 
Pria yang juga Plt Direktur PD Pontren Kemenag ini mengatakan, pemberdayaan pesantren dlm hal ini penting untuk mencegah virus korona berkembang di pesantren dengan penerapan kewaspadaan dalam bentuk yang tepat. 
 
Sejauh ini pesantren masih tergolong steril, untuk itulah pertahanan diri diperlulan dengan cara menguasai prosedur pencegahan dan penangahannya.
 
"Ini penting dilakukan karena pandemi korona terus meluas di Jabodetabek. Pesantren penting memiliki gugus tugas yang terkoordinasi dengan pemerintah" kata Iman Safei.
 
Editor: Kendi Setiawan