Daerah

Belasan Rumah Nelayan Tulungagung Disapu Ombak

NU Online  ·  Ahad, 6 Juni 2004 | 01:23 WIB

Tulungagung, NU Online
Gelombang pasang di Pantai Sidem Desa Besole Kecamatan Besuki, Tulungagung, Jatim, Sabtu (5/6) siang kemarin menyapu sedikitnya 14 rumah nelayan hingga porak poranda. Kecuali itu, ombak pantai yang meluap hingga ketinggian air sekitar 4 meter juga menghancurkan plengsengan penahan gelombang. Tak ada korban jiwa dalam bencana alam ini. Namun, para nelayan sempat dibikin panik dan mencari lokasi pengungsian yang aman.

Gelombang air laut yang sedang pasang ini mengamuk sekitar pukul 09.00 WIB. Hampir dua jam, air laut yang meluap hingga ke daratan juga menggenangi sedikitnya 60 rumah nelayan yang lain. Air laut yang menggenangi perkampungan nelayan itu mencapai ketinggian sekitar 1 meter. Hingga Pukul 13.00 WIB, sebagian air masih menggenang di jalan dan pekarangan nelayan.

<>

''Tiga hari ini, kami merasakan gelombang laut memang membesar. Malam sebelum kejadian ini, juga sudah ada tanda-tanda ombak akan meluap. Ternyata benar. Siang harinya, ombak menghantam rumah-rumah warga,'' ujar Arifin (35), tokoh nelayan Sidem, Sabtu (5/6) kemarin.

Luapan air laut yang pasang dihempas gelombang ketinggiannya antara 3 sampai 4 meter. Air laut itu langsung melompat ke daratan dan menyapu rumah-rumah warga serta menggenangi pemukiman. Luapan air di daratan sampai sejauh sekitar 20 meter dari bibir pantai.

''Itu anda lihat bekas-bekas air laut yang pasang. Sebagian air laut yang meluap ke daratan hingga saat ini masih menggenangi jalan,'' kata Ismail (45),  seorang nelayan lainnya yang rumahnya juga rusak diterjang ombak Pantai Selatan.

Mengetahui gelombang pasang menghempas, warga bergegas menyelamatkan diri ke lokasi yang aman. Sekitar dua jam kemudian, air pasang ini baru surut. ''Biasanya, air laut yang meluap ini memang cepat surut,'' kata Kateni (46), nelayan yang lain.

Menurut penuturan Arifin, sedikitnya ada 14 rumah warga Sidem yang rusak dihantam gelombang pasang. Yaitu, rumah Nari (40), Sukono (30), Ismail (45), Mbah Mariyem (60), Maryono (43), Arifin (35), Mbah Tarmi (50), Kali (45), Ahmad Wibowo (45), Kateni (45), Kilah (45), Minah (45), Dasar (45) dan Sujilan (45). Karena rumahnya rusak, mereka terpaksa harus mengungsi ke rumah saudaranya di kawasan Pantai Sidem yang diperkirakan aman.

Gelombang pasang semacam ini, kata nelayan, sudah menjadi siklus tahunan di Pantai Selatan. Itu sebabnya, awalnya, warga hanya menganggap munculnya gelombang pasang kali ini juga biasa-biasa saja. Warga baru kelabakan setelah gelombang pasang itu meluap dan menerjang perkampungan nelayan Sidem.

Diperkirakan, gelombang besar di Laut Selatan ini akan terus berlangsung sampai akhir pekan ini. "Air laut ini akan kembali pasang lebih besar lagi. Ini sesuai penanggalan Jawa. Mungkin besuk dan seterusnya gelombang pasang akan lebih besar lagi,'' ujar para nelayan.

Minta Direlokasi
 
Warga nelayan dusun Sidem selalu dihantui kekhawatiran jika musim gelombang besar tiba. Itu sebabnya, mereka berharap, Pemkab Tulungagung mencarikan jalan keluar dengan menyediakan lahan untuk merelokasi warga. Mereka menyatakan sudah siap jika sewktu-wktu direlokasi dari Pantai Sidem yang sudah bertahun-tahun dihuninya.

''Kami sangat senang jika Pemkab mencarikan tempat untuk relokasi. Masalahnya, kalau tinggal di pemukiman seperti ini, kalau datang musim ombak besar, kami terus dihantui rasa was-was,'' ujar Arifin dibenarkan rekan-rekan nelayan lainnya.

Lokasi perkampungan nelayan di Dusun Sidem Desa Besole termasuk daerah yang cukup rawan dilanda bencana alam. Ini karena, pemukiman warga itu memang tak jauh dari bibir pantai. Jarak pemukiman warga dengan bibir pantai hanya dibatasi plengsengan batu yang berfungsi sebagai penahan ombak. Plengsengan inipun seakan tak berfungsi manakala gelombang pasang cukup besar.

''Kalau gelombang pasangnya seperti sekarang ini, plengsengan itu tak ada gunanya. Sebenarnya, daripada untuk membangun plengsengan, lebih baik, dananya digunakan untuk memindahkan warga ke lokasi yang aman,'' ujar Arifin.

Diungkapkan, semua nelayan Sidem sudah siap direlokasi. Asalkan, tempat pemukiman yang disediakan masih tak jauh dari kawasan Pantai. Masalahnya, sehari-hari, kehidupan warga sangat bergantung dengan pantai. ''Pokoknya masih sekitar pantai, semua warga siap direlokasi,'' katanya.

Menurut Arifin, ada sekitar 200 lebih KK (Kepala Keluarga) di Dusun Sidem yang hingga kini belum jelas tempat tinggalnya. Mereka siap jika sewaktu-waktu pemerintah mengadakan relokasi. ''Nasib nelayan Sidem ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian pemerintah,'' tandas Arifin.(kd-mhb)

Â