Daerah

Begini Cara IPNU-IPPNU di Mempawah Kalbar Cegah Radikalisme

Ahad, 15 Desember 2019 | 14:00 WIB

Begini Cara IPNU-IPPNU di Mempawah Kalbar Cegah Radikalisme

Dialog ''Menangkal Paham Radikalisme di Era Milenial’ oleh PAC IPNU dan IPPNU Sungai Pinyuh, Mempawah, Kalimantan Barat. (Foto: NU Online/Muslihah)

Mempawah, NU Online
Gerakan radikal semakin berkembang dan menyusupi sendi kehidupan masyarakat. Baik di sekolah, perkumpulan di masyarakat hingga kajian agama sekalipun. Karenanya dibutuhkan kesadaran bersama untuk mencegah hal tersebut terutama dengan melibatkan kalangan pelajar.
 
Ikhtiar dilakukan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Sungai Pinyuh, Mempawah, Kalimantan Barat. Mereka menggelar dialog dengan tema ‘Menangkal Paham Radikalisme di Era Milenial’.
 
Pada kesempatan tersebut, panitia menghadirkan Kepala Kemenag Kabupaten Mempawah, Kamaludin dengan didampingi Mulyadi dan Mahmud dari instansi yang sama.
 
Kamaluddin menjelaskan ciri-ciri orang yang sudah terdoktrin paham radikal dan faktor yang mempengaruhi berbuat hal tersebut.
 
“Penyebaran radikalisme oleh kelompok tertentu di Indonesia harus diwaspadai, terutama yang berbungkus dengan organisasi keagamaan,” katanya, Jumat (13/12).
 
Bahkan para siswa di sekolah negeri maupun swasta sangat berpotensi terpapar radikalisme tak terkecuali juga kampus yang disasar sebagai tampuk yang tepat untuk diajak bergabung dan mengembangkan paham radikal.
 
"Ciri-ciri orang yang patut dicurigai sebagai kelompok radikalisme yakni merasa paling benar, mendadak berbeda, selalu mengagungkan komunitas yang dirahasiakan, mengalami sikap emosional ketika berkomunikasi seputar pandangan keagamaan, menaruh kecurigaan dan kritik berlebihan terhadap praktik masyarakat secara umum,” urai Kamaluddin. 
 
Sedangkan faktor yang mempengaruhi orang berbuat radikal ada beberapa faktor. Di antaranya pemikiran, pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik.
 
“Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lemah akan lebih mudah didoktrin. Demikian pula yang ekonominya rendah, pikirannya akan sempit jika diimingi dengan hal-hal yang berbau ekonomi,” jelasnya. Yang juga harus diwaspadai adalah kepentingan yang berdampak besar dalam berkembangnya paham radikal, lanjutnya.
 
Sedangkan Mulyadi yang menjadi narasumber berikutnya menyampaikan pencegahan radikalisme dapat dilakukan dengan meningkatkan toleransi berpikir.
 
“Karena sejatinya setiap pandangan yang disampaikan lewat argumentasi menurut mereka adalah benar. Maka bijaklah dalam bersosial dan bermedia sosial,” sarannya.
 
 
 
Kontributor: Muslihah
Editor: Ibnu Nawawi