Daerah

Banser Temanggung Turut Tangan di Lokasi Tanah Longsor

NU Online  ·  Kamis, 10 Maret 2016 | 06:05 WIB

Temanggung, NU Online
Di saat sebagian masyarakat beramai-ramai menyaksikan fenomena langka gerhana matahari, puluhan anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Temanggung berpartisipasi menangani bencana tanah longsor yang melanda beberapa tempat di Desa Tegalsari, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Mereka membantu evakuasi bencana tanah longsor yang mengakibatkan terhambatnya jalur utama yang menghubungkan Kecamatan Wonoboyo dan Kecamatan Tretep.

Nihilnya angkutan desa yang beroprasi pada Rabu itu bukan semata lantaran bertepatan dengan hari libur nasional atau adanya momentum terjadi gerhana matahari, tetapi lebih karena jalur tersebut belum bisa dilewati baik oleh kendaraan roda empat atau roda dua.

Hujan lebat mengguyur kawasan Kecamatan Wonoboyo dan Tretep pada Selasa (8/3) sore. Derasnya hujan disertai pula longsor tanah di tiga titik daerah Tretep yang menghalangi jalan raya.

Menurut Koordinator tim SAR Tretep Yanto, pihaknya merasa sangat terbantu dengan keterlibatan Banser Temanggung dan beberapa elemen lain yang turut menangani tanah longsor di kecamatan Tretep, khususnya yang sempat menimpa jalan raya.

"Kami mulai menangani longsor ini sejak pagi tadi, berhubung kemarin sore belum memungkinkan untuk turun ke lokasi. Berkat kerja sama dan gotong royong dengan masyarakat daerah dan Banser serta elemen relawan lain, setelah bahu-membahu mengangkat tanah, Alhamdulilah diperkirakan nanti sore jalur ini bisa kembali normal dan sudah bisa dilewati kendaraan," kata Yanto kepada NU Online, Rabu (9/3).

Salah satu anggota Banser Temanggung yang sempat kami temui pada siang itu menyatakan bahwa aksi sosial turun lapangan semacam ini bukan kali ini saja. Setiap terjadi bencana seperti tanah longsor, Banser Temanggung sudah kerap ikut terjun menanganinya.

Berdasarkan pantauan NU Online, akibat tanah lonsor yang menghambat jalan utama kecamatan Tretep ini banyak pedagang yang memilih pulang kembali ketimbang harus melalui jalur alternatif yang jaraknya beberapa kali lipat lebih jauh dari jalan raya yang biasa mereka lewati menuju tempat berdagangnya. Angkutan desa yang biasanya ramai, juga tak tampak pada Rabu itu. (M Haromain/Alhafiz K)