Daerah

Asrama Santri Lirboyo Asal Subang Bernama Syekh Ghofarona

NU Online  ·  Selasa, 29 November 2016 | 08:00 WIB

Kediri, NU Online
Sejak puluhan tahun silam, pemuda Subang, Jawa Barat banyak yang menimba ilmu di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Bahkan sekitar tahun 1980-an para santri Lirboyo asal Subang tersebut mempunyai kamar sendiri. Saat itu mereka sepakat memberikan nama Ranggawulung untuk kamar yang ditempati. 

Mengambil nama Ranggawulung, karena Ranggawulung adalah salah seorang tokoh pendiri Subang dan sampai saat ini nama Ranggawulung menjadi nama bukit yang digunakan untuk kegiatan kepramukaan.

Hal ini disampaikan oleh Abdul Hadi, Ketua Asrama Syekh Aryawangsa Ghofarona saat ditemui di kamarnya, di Komplek Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (26/11) lalu.

Dikatakan Hadi, pada tahun 2000-an santri dan alumni Lirboyo asal Subang berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk melakukan renovasi bangunan kamar berukuran sekitar 4x9 meter yang saat itu masih sederhana karena material bangunannya didominasi dari kayu saja, lantainya pun ditambah menjadi tiga, lantai satu dan dua untuk kamar, sementara lantai tiga digunakan untuk menjemur pakaian.

"Setelah bangunan ini jadi, senior-senior kami disini sepakat mengganti nama Ranggawulung menjadi Syekh Raden Arya Wangsa Ghofarona," ungkapnya.

Ditambahkan Hadi, Syekh Raden Aryawangsa Ghofarona diyakini sebagai Waliyullah dan ulama pertama yang membawa ajaran Islam di Subang, bahkan Gus Dur pun pernah berziarah ke makam Mbah Ghofarona yang terletak di  Nangkabeurit, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang.

Saat ini, lanjut Hadi, santri yang menempati asrama Syekh Ghofarona yang sekitar 50 orang, sisanya menyebar di berbagai asrama, jika santri Lirboyo asal Subang dikumpulkan, jumlahnya sekitar 75 santri.

"Alhamdulillah, tahun ini Subang mendapat juara I se-JSP (Jam'iyah Syuban Pusat)," katanya.

Dalam lomba tersebut, kata dia, setiap asrama ditugaskan menunjuk beberapa santri untuk mengadakan simulasi acara formal mulai dari MC sampai pembaca doa, durasi yang diberikan panitia hanya 20 menit saja. Saat itu, santri Subang mengadakan simulasi acara tabligh akbar, muballignya dari Timur Tengah.

"Ada teman kami didandani seperti Habib, disampingnya ada satu orang seolah sebagai penerjemah," kenang santri asal Kecamatan Ciasem, Subang itu.

Hadi menambahkan, usia santri Lirboyo asal Subang variatif, mulai dari lulusan SD sampai Perguruan Tinggi, namun dalam hal penempatan kelas di Pesantren tidak didasarkan pada usia melainkan pada kapasitasnya yang diukur melalui ujian masuk. (Aiz Luthfi/Fathoni)