Daerah

Antisipasi Kabar Hoaks, IPNU-IPPNU Gading Berikan Pelatihan Jurnalistik

NU Online  ·  Senin, 26 Februari 2018 | 01:30 WIB

Probolinggo, NU Online
Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-63 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Harlah ke-64, Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo memberikan pelatihan jurnalistik, Ahad (25/2). Kegiatan dilangsungkan di Pendopo Kecamatan Gading.

Pelatihan yang mengambil tema Mencetak Pelajar Jurnalis Zaman Now ini diikuti oleh 200 orang peserta terdiri dari pengurus internal IPNU-IPPNU, pelajar tingkat SMP/MTs, SMA/MA, karang taruna, pengurus OSIS dan santri pondok pesantren se-Kecamatan Gading.
 
Pelatihan dihadiri Ketua PAC IPNU Kecamatan Gading Abdul Rohim, Ketua PAC IPPNU Kecamatan Gading Lailatus Sulfiah serta perwakilan dari PC IPNU dan IPPNU Kota Kraksaan.

Ketua PAC IPNU Kecamatan Gading Abdul Rohim mengatakan pelatihan jurnalistik bertujuan supaya para pelajar bisa aktif berjurnalis. Mengingat problematika saat ini banyak info hoaks (palsu). Setidaknya, para pelajar bisa mengimbanginya dengan info positif dan mampu membedakan mana informasi yang benar-benar akurat dan hoaks.

“Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya agar bisa memfilter berita negatif dan mengkonternya. Sekaligus membentengi radikalisme dengan cara aktif di media sosial atau medsos yang positif,” ungkapnya.

Selama pelatihan jurnalistik, para peserta mendapatkan materi dari narasumber Anton Sujarwo (wartawan senior sekaligus Ketua AJI Kabupaten Probolinggo), Roby Zidni Ilman ZF (Pembina PAC IPNU dan IPPNU Kecamatan Gading) dan ke-IPNU-an oleh Faez Zamani dari Pimpinan Cabang IPNU Kota Kraksaan. 

“Materi yang diberikan seputar jurnalistik secara umum, jurnalistik seputar NU, dan tantangan NU ke depan,” jelasnya.

Sementara Ketua PAC IPPNU Kecamatan Gading Lailatus Sulfiah mengemukkaan, untuk membentengi diri dari berita hoaks, maka para pelajar dan santri wajib menguasai tiga  kitab. Meliputi kitab kuning, putih dan abu-abu.

“Kitab kuning semua literatur bahasa Arab klasik. Sedangkan kitab putih yakni membaca kitab politik, manajemen, kedokteran dan umum lainnya,” katanya. 

Sedangkan abu-abu adalah membaca realitas saat ini yang serba canggih, semisal HP, internet dan lain sebagainya untuk menangkal radikalisme dan mencegah kabar hoaks.

Pelatihan dilaksanakan dengan diskusi intraktif antara pemateri dengan peserta agar suasana lebih dinamis. Bahkan para peserta terlihat semangat mengajukan pertanyaan yang dirasa kurang dimengerti.

“Melalui kegiatan ini harapannya agar pelajar NU bisa dan mampu berjurnalis secara positif dan riil dengan keadaan yang ada,” katanya. 

Pada saat yang sama, mereka membantu memahamkan info hoaks dan mampu menjadi pemberita yang good reader dan good writer. “Sehingga menjadi kader NU yang aktif, militan, berintegritas dan mampu bersaing dengan yang lain,” harapnya. (Syamsul Akbar/Ibnu Nawawi)