Daerah

Ansor Way Kanan: Samin vs Semen Ajarkan Pentingnya Air bagi Kehidupan

Sel, 22 Maret 2016 | 13:03 WIB

Way Kanan, NU Online
Tanggal 22 Maret diperingati sebagai Hari Air Sedunia (World Water Day). Bertempat di Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Way Kanan Lampung, GP Ansor mengajak sejumlah organisasi kepemudaan menyaksikan film dokumenter Samin vs Semen karya Dhandy Dwi Laksono dan Suparta AZ (Ucok Patra).

"Terima kasih kepada Ansor yang mengajak kita nonton film sambil bincang-bincang santai. Kita berharap dengan adanya pemutaran film ini, kita bisa mengajak orang-orang terdekat kita untuk tidak menyia-siakan air, bagaimana berwudhu dengan tidak boros air salah satunya. Perilaku kita menghargai air perlu terus dikampanyekan," kata Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian (Kasi Wasdal) Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Way Kanan Arif Radigusman, di Blambangan Umpu, Selasa (22/3).

Film Samin vs Semen produksi Watchdoc berdurasi 39 menit 25 detik. Film ini bercerita gerakan perlawanan kelompok masyarakat di kawasan bukit kapur Rembang dan Pati atas rencana pembangunan pabrik semen guna menjaga mata air yang harus dijaga untuk kehidupan mereka.

"Ada tujuh sungai besar di Way Kanan, dan kualitas airnya harus kita jaga bersama. Apalagi nama Way Kanan berasal dari nama satu sungai yang ada. Kalau sungai kotor, tercemar, jelas ada pengingkaran," ujar Arif lagi.

Ketua Pemuda Muhammadiyah Munawar melanjutkan, air saat kemarau di Way Kanan sangat dibutuhkan. "Survei kami harga air bersih 1.000 liter kisaran Rp50 ribu hingga Rp60 ribu. Kondisi semacam ini juga menjadi persoalan karena itu perlu ada solusi bersama. Apalagi sejumlah sungai kualitasnya sudah tidak memadai untuk kebutuhan rumah tangga seperti dipaparkan pihak KLH," tuturnya.

Mis'at, warga Kelurahan Blambangan Umpu menyatakan, beberapa tahun terakhir ini masyarakat sudah tidak bisa mandi di sungai Way Umpu. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun 1980.

"Dulu saat kemarau, warga bisa mandi di sungai Way Umpu, sekarang tidak ada lagi yang mau. Air sungai Way Umpu yang tadinya bisa digunakan masyarakat melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sekarang tidak bisa lagi. Jika warga harus membeli 1.000 liter air sungai Way Umpu Rp10 ribu pun saat kemarau, tentu tidak akan mau," kata Mis'at lagi.

Sungai Way Umpu menurut KLH sudah tercemar, dari kualitas satu menjadi kualitas tiga, yang artinya dari layak konsumsi menjadi tidak lagi layak konsumsi akibat adanya pencemaran diakibatkan penambangan emas ilegal.

"Kita telah menyaksikan bersama film tadi, bagaimana masyarakat Samin berupaya mati-matian menjaga mata air yang bermanfaat bagi pertanian, bagi kehidupan, bagi masa depan. Pernyataan sahabat-sahabat tadi menegaskan jika kualitas air yang baik sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup hari ini dan esok. Siapa yang bertanggung jawab? Tentu bukan hanya Ansor, bukan KLH, bukan Pemuda Muhammadiyah, tapi tanggung jawab bersama untuk menjaganya," ujar Ketua GP Ansor Way Kanan Gatot Arifianto yang menjadi moderator diskusi santai tersebut. (Syuhud Tsaqafi/Alhafiz K)