Daerah

Ansor Negara Batin Gerakkan Organisasi dengan Sampah Plastik

NU Online  ·  Ahad, 29 Mei 2016 | 01:21 WIB

Way Kanan, NU Online
Ketiadaan dana merupakan salah satu hambatan untuk pergerakan organisasi. Kesimpulan tersebut disampaikan Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Negara Batin, Kabupaten Way Kanan, Lampung, kepada Ketua PC GP Ansor Way Kanan Provinsi Lampung Gatot Arifianto, di Blambangan Umpu, Sabtu (28/5).

Menjawab itu, Gatot mengajak kader menuju tempat penampungan plastik bekas bungkus makanan ringan, deterjen, shampo dan meminta mereka mengguntingnya menjadi potong-potongan kecil.

"Kita aksi dulu baru nanti saya jelaskan teori dan alasannya," ujar Gatot. Ketua PAC Negara Batin Hozin Munir dan jajarannya pun bergegas melaksanakan ajakan Koordinator The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Lampung itu.

Setelah itu, mereka diajak menyaksikan tayangan orang-orang yang sukses mendapatkan rupiah melalui sampah hingga membaca berita mengenai Bripka Seladi, anggota polisi di Polres Malang Kota, Jawa Timur yang demi mendapatkan uang sampingan menyambi pekerjaan menjadi pengumpul sampah.

"Pertemuan ini bermanfaat, kami mendapat pencerahan mengatasi hambatan dana untuk pergerakkan organisasi. Insya alah Ansor Negara Batin siap mengolah sampah menjadi rupiah. Kami sampaikan terima kasih dan apresiasi kepada pimpinan cabang atas wawasan diberikan," ujar Hozin seusai menjajal tidur sejenak dengan bantal berbahan baku limbah plastik.

Selain berdampak positif bagi kebersihan lingkungan, pendayagunaan sampah juga mampu menghasilkan materi. "Ternyata kita butuh pemuda-pemuda yang peduli pada lingkungan. Cerdas dan kreatif memanfaatkan hal yang tidak terpakai menjadi memiliki nilai jual, salah satunya membuat bantal dari bahan baku plastik bekas pembungkus makanan ringan," ujar Ketua Ranting Ansor Gisting Jaya Nanang Yudi Saputro.

"Rata-rata kantung plastik digunakan hanya 25 menit. Tetapi untuk hancur dan terurai di alam dibutuhkan hingga 50 hingga 500 tahun. Hal tersebut menjadi masalah serius yang harus disikapi oleh berbagai pihak, termasuk pemuda Nahdlatul Ulama. Jangan sampai kualitas generasi kita mendatang menurun akibat sampah yang mencemari unsur kehidupan seperti tanah dan air," pungkas Gatot. (Syuhud Tsaqafi/Mahbib)