"Wanted : Ketua Umum Ikatan Pelajar.............."
NU Online · Kamis, 19 Juni 2003 | 03:24 WIB
Menyongsong Konggres IPNU XIV – IPPNU XIII
Surabaya, NU.Online
Seharusnya, perhelatan akbar semisal Kongres IPNU dan IPPNU yang berlangsung di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur pada 18-22 Juni 2003 memang berbicara tentang orientasi ke depan bagi organisasi, namun pertarungan kandidat Ketua Umum seringkali lebih bergaung.
Oleh karena itu, perlu untuk "menelanjangi" kandidat yang sekiranya dapat menata orientasi IPNU dan IPPNU kedepan secara lebih baik. Jadi, "peta kandidat" harus diupayakan untuk tetap mengacu pada kepentingan "rakyat" IPNU dan IPPNU, bukan individu dari Ketua Umum.
Dalam kondisi PKB berusia 5 tahun (23 Juli 1998-23 Juli 2003), partai bentukan para ulama NU itu akhirnya "menyedot" kader-kader NU, tak terkecuali IPNU dan IPPNU. Oleh karena itu, untuk kurun 10 tahun ke depan, PKB agaknya masih akan "berdampak" kepada IPNU dan IPPNU.
Bukti dari realitas itu adalah masuknya Ketua Umum PP IPNU Abdullah Azwar Anas ke dalam jajaran Wakil Sekretaris DPP PKB. Apa itu tanpa resiko? Justru parah, hal itu akibat IPNU sendiri belum siap dengan "aturan main" untuk menyiasati soal itu. Jika Ketua Umum PP GP Ansor H Saifullah Yusuf memilih "Plh" (pelaksana harian) sebagai jawaban atas perannya menjadi Sekjen DPP PKB sambil menunggu Konbes Ansor, maka Ketua Umum PP IPNU Abdullah Azwar Anas memilih "Pj" (pejabat) dengan menyerahkan kepada wakilnya Al-Amin Nur Wahab Nasution (Amin Nasution). Ternyata, pilihan Pj itu justru memperkeruh situasi pra-Kongres IPNU, apalagi jika sang "Pj" itu memiliki target-target menjadi "orang" di pentas perpolitikan nasional dengan "memanfaatkan" IPNU, kendati hal itu belum terkabul.
Dari pengalaman itu, peserta Kongres dapat memetik pelajaran berharga untuk membuat peraturan organisasi (PD/PRT) yang "menguntungkan" organisasi yakni mengutamakan adanya "Plh", kemudian menunggu Konbes untuk menetukan "Pj". Pilihan ini lebih aman karena "Pj" Ketua Umum tidak akan menjadi "rebutan" antar pengurus harian, melainkan "rebutan" itu ditentukan oleh "rakyat" IPNU dan IPPNU sendiri di dalam forum Konbes.
Namun, IPNU sudah terlanjur menunjuk "Pj" dan hal itu mau tak mau berdampak kepada Kongres di Surabaya kali ini, sehingga "peta kandidat" IPNU dapat dicermati dari tiga kubu dan "peta kandidat" IPPNU dapat dibaca dari empat kader.
Tiga kubu dalam perkandidatan IPNU adalah kubu idealis (Mujtahidur Rido-Yogya, Ja'far Amiruddin-Jatim, Azis-DKI, Syamsuddin Empay, Ahmad Heri/Jatim), kubu Amin Nasution bersama sejumlah pengurus fungsional ("dadakan") dari hasil resufle, dan kubu Ni'am (Wakil Ketua PP IPNU/Nganjuk) yang pro kedua kubu sebelumnya
Di atas kertas, kubu idealis mengantongi 70-80 persen pengurus harian PP IPNU, 60-70 persen PW se-Indonesia, dan PBNU secara kelembagaan, sedangkan kubu Amin didukung 30-20 persen pengurus harian PP IPNU, 30 persen PW se-Indonesia, PBNU secara personal, dan dua pembina PP IPNU (dua mantan Ketua Umum), namun kubu Ni'am justru "bermain" diantara keduanya.
Informasinya, pertarungan ketiga kubu itu sudah masuk ke telinga PBNU, karena kubu idealis sudah memecat Pj Ketua Amin Nasution, sehingga timbul problem LPJ (laporan pertanggungjawaban) di Kongres. Solusi yang terbaik adalah LPJ itu dikembalikan kepada PBNU sehingga LPJ tidak ada, karena kondisi darurat dalam memecahkan kebuntuan organisatoris. PBNU dapat saja mewakili kubu-kubu yang ada untuk menyampaikan LPJ sesuai kesimpulan PBNU, kemudian PBNU langsung membuka acara.
Pertarungan agak "bersih" dari nuansa politis justru terjadi di IPPNU. Empat kader yang diperkirakan "bersaing" adalah Anis Handayani (Ketua PP IPPNU/mantan Ketua Yogya), Soraya Devi (Departemen PP), Ulwiyah (Ketua Panitia), dan Fitria Ariani (Sekretaris Panitia). Namun, "kebersihan" itu tergantung apakah alumni IPPNU yang saat ini ada di PPKB (Perempuan PKB) ikut bermain atau tidak? Atau, tradisi sentralistik pada ketua masih ada di tubuh IPPNU, sebab tradisi itu akan sangat berpengaruh.
Nah, semua kandidat di IPNU dan IPPNU itu harus dilihat dari kepentingan IPNU dan IPPNU ke depan, yakni siapa kandid
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
5
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
6
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
Terkini
Lihat Semua