Daerah

Aksi Banser Terjun ke Laut Selamatkan Perahu yang Membawa Kiai

Sel, 10 November 2020 | 22:30 WIB

Aksi Banser Terjun ke Laut Selamatkan Perahu yang Membawa Kiai

Kasatkoryon Manding Khairus Syamsi terjun ke laut lalu mendorong perahu yang ditumpangi rombongan kiai saat hendak Bahtsul Masail di Pulau Gili Raja, Sumenep, Ahad (09/11/2020). (Foto: NU Online Jatim/Firdausi)

Jakarta, NU Online
Aksi mengawal dan menjaga para ulama dan kiai sungguh-sungguh dilakukan anggota Ansor dan Banser di berbagai daerah. Atas nama cinta dan penghormatan, seringkali para anggota Ansor maupun Banser tidak memedulikan risiko yang mungkin dihadapi dirinya saat menjaga kiai.

 

Salah satunya dilakukan Khairus Syamsi, Komandan Satuan Koordinasi Rayon (Kasatkoryon) Manding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Saat mengawal rombongan kiai dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sumenep yang akan menghadiri kegiatan bahtsul masail di Pulau Gili Raja, Ahad (8/11) ia dengan sigap menceburkan dirinya ke air laut.

 

Syamsi terjun ke laut bukan untuk aksi-aksian atau ingin dipuji anggota maupun para kiai yang sedang mereka kawal. Diberitakan NU Online Jatimbegitu terjun ke laut, Syamsi langsung mendorong perahu kecil yang akan ditumpangi para kiai dan peserta bahtsul masail yang mogok terhalang batu karang. Seragam yang ia kenakan pun terlihat basah karena air laut.  

 

Untuk menuju ke lokasi bahstul masail, rombongan kiai dan peserta memang harus naik perahu kecil terlebih dahulu menuju kapal utama yang akan menyeberang ke Pulau Gili Raja. Pulau ini berada di Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep. Air laut di pelabuhan Cangkarman, Desa Aeng Dake, Kecamatan Bluto, Sumenep sedang surut sehingga kapal utama yang akan mengangkut rombongan tidak bisa menepi di dermaga.  

 

Bagi Khairus Syamsi, apa yang sudah dilakukannya tidak lain hanya untuk memastikan keamanan serta keselamatan para kiai yang dikawalnya. Menurutnya, Banser yang terlatih akan selalu tanggap dan berdaya guna untuk mengawal kiai dan seluruh kegiatan NU.  

 

"Apa pun rintangannya akan saya hadapi. Hal terpenting bagi kami adalah seluruh peserta Bahtsul Masail yang notabene dari kalangan kiai, perahu kecilnya sampai ke kapal utama," ujarnya saat di pelabuhan Gili Raja.  

 

Sendirian mendorong perahu saat terhalang batu karang diakuinya terasa berat. Namun, itu tidak menyurutkan niatnya mengawal para kiai. "Kami jalani dengan enjoy. Karena tugas Banser selalu siap menjaga dan mengawal NKRI dan ulama kapan pun dibutuhkan," ungkapnya dengan nafas tersendat-sendat.    

 

Alumni MA Nurul Hidayah Manding tersebut merasa tidak menyesal walaupun pakaian kebesarannya basah kuyup terkena air laut. "Sebenarnya saat mendorong perahu kecil, kaki saya tertusuk karang. Tapi kami biarkan," katanya.  

 

Setelah para kiai sampai ke perahu, potongan karang yang menusuk telapak kakinya barulah diambil dengan menggunakan jarum. "Pelabuhan Gili Raja menjadi sejarah buat saya. Karena saya baru pertama kali menghadiri bahtsul masail di daerah kepulauan," pungkasnya.  

 

Editor: Kendi Setiawan