Daerah

Ajaran Aswaja Terus Dihidupkan di Depok

NU Online  ·  Rabu, 26 Desember 2012 | 12:06 WIB

Depok, NU Online
”Mereka tidak hanya mampu membaca kitab, tapi juga menulis kitab, meski sering dituduh sebagai kaum sarungan yang ketinggalan zaman”.
<>
Demikian komentar H Syaifullah Amin, (Wasekjen PP LDNU) saat menjadi pembicara/ pembahas dalam Bedah Buku “Ritual Santri Ahlussunnah wal Jama’ah: Menepis Aktivis Islam Minimalis“ Karya KHM Yusuf Hidayat, MA dan Halaqah Ilmiah Bulanan Brigade Aswaja, di Majelis Ta’lim Al-Ibthon, Pancoran Mas Depok, Jawa Barat baru-baru ini.

Dalam acara tersebut juga hadir pembahas lainnya, yaitu, KH Akandi Rodin (tokoh NU Depok dan anggota Komisi Fatwa MUI Depok), dan para ustadz pimpinan Majelis Ta’lim di berbagai kecamatan di Kota Depok, diantaranya, Ust. KH Ahmad Kardi, Ust. Yahya, Ust. Syarif, Ust. Sofian, Ust. Dini, Ust. Hadi, Ust. H Cholil, dll. 

Kegiatan ini sendiri telah berjalan dengan rutin sejak 2008 silam, dengan cara keliling majelis-majelis ta’lim yang ada di Kota Depok. Kamis malam lalu, membahas mengenai perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara ini dimaksudkan untuk membendung pengaruh kaum ekstrim Wahabi di pelosok-pelosok perkampungan juga untuk membantu perjuangan Nahdlatul Ulama (NU). Pengambilan istilah “Brigade” hanyalah untuk menampakkan keteguhan sikap dan ketegasan kepada kaum Wahabi.

Dalam bedah buku tersebut juga dibuka tanya jawab. Di antara pertanyaan yang mengemuka adalah, mengenai sikap terhadap orang yang mengaku Aswaja, tapi bertolak belakang perilakunya, dan juga tentang sikap ta’dzim kepada Nabi Muhammad SAW. 

Dalam bukunya, KHM Yusuf Hidayat, MA dengan panjang lebar, menguraikan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan ungkapan rasa ta’dzim dan syukur kepada Nabi Muhammad SAW. 

Sementara itu, KH Akandi Rodin menerangkan bahwa mengaku Aswaja, boleh saja, asal ada buktinya seperti orang yang mengaku bahwa dia anak menteri misalnya. Buktinya itu yaitu harus mengikuti ulama (bermadzhab). Karena banyak yang mengaku Aswaja, tapi dasarnya hanya Qur’an Hadits saja, dan tidak tegas menunjukkan sikap taat kepada ulama (bermadzhab).

“Kalau ingin mengetahui orang Wahabi, gampang. Yaitu mereka marah kepada para penghina Nabi dan juga para pemuji Nabi SAW,” kata Kiai Yusuf.


Redaktur: Mukafi Niam