Daerah

6 Cara Peningkatan Amal Selepas Ramadhan

NU Online  ·  Rabu, 6 Juli 2016 | 20:01 WIB

Jember, NU Online
Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan (diklat) bagi umat Islam. Berhasil atau tidaknya diklat tersebut, indikasinya bisa diteropong dari amal perbuatannya setelah Ramadhan. Meningkatkah ibadahnya atau semakin kendur. Di situlah penilaian keberhasilan Ramadhan.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Ma’arif Kabupaten Jember, Jawa Timur Ustadz Hobri Ali Wafa saat menjadi khatib shalat idul fitri di Masjid Darussalam, Jl. Jayanegara No, 22 Jember, Rabu (6/7).

Menurutnya, untuk melakukan peningkatan amal tersebut, dapat diupayakan melalui enam cara. Pertama, musyaratah. Artinya, mengawali bulan Syawal hendaknya diawali dengan tekad yang bulat  untuk betul-betul berupaya meningkatkan amal.

Kedua, muraqabah. Yaitu memantau diri atau merasakan bahwa Allah memantau. Jika sikap ini dimiliki, siapa pun tidak akan main-main dalam pelaksanaan tekad tersebut. "Ketiga, muhasabah, yaitu melakukan introspeksi sejauh mana pelaksanaan tekad yang diikrarkan tersebut. Apakah terlaksana dengan baik, atau terlaksana tetapi dipenuhi dengan kelalaian, atau tidak terlaksana sama sekali," tukansya.

Sedangkan yang keempat adalah mu'aqabah, yaitu memberikan sanksi terhadap kelalaian dalam pelaksanaan tekad tersebut. Sebab, bila kelalaian itu tidak diberikan sanksi, dikhawatirkan kelalaian serupa akan terulang kembali.

Kelima, mujahadah, yaitu mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada diri untuk memperbaiki kelalaian. "Keenam, taubikh wa mu'atabah, yaitu koreksi diri. Dengan cara ini kita menyadari bahwa amal-amal kita penuh dengan kekurangan sehingga ke depan berupaya ditingkatkan," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua LTN NU Jember Ustadz Aryudi A. Razaq yang menjadi imam/khatib di masjid Al-Falah Kecamatan Patrang, dalam khotbahnya mengimbau agar hari raya kemenangan ini disyukuri dalam bentuk kegiatan yang positif. Bergembira tak dilarang. Bersukaria pun boleh. Namun semua itu tak boleh membuat umat Islam lalai dengan tugas dan kewajibannya selaku hamba Allah dan kholifah fil ardli.

"Yang jelas pesta pasti berakhir, kegembiraan juga akan berlalu. Karena itu, marilah kita bersiap-siap untuk berjuang meraih kemenangan lain di masa-masa yang akan datang di belantara kehidupan yang maha luas," tukasnya. (Red: Abdullah Alawi)