Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pak ustad, saya mau menanyakan tentang suara “nging” di telinga. Banyak orang yang sering menafsirkan suara nging di telinga sebagai petanda buruk. Yang ingin saya ketahui, apakah betul seperti itu, atau bagaimana. Atas penjelasannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh. (Ayu/Jambi)<>
Jawaban
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Di antara kita memang kadang mengalami dan merasakan suara “nging” di telinga. Kadang ada yang berlangung sebentar, tetapi ada yang tidak. Fenomena suara “nging” di telinga juga sering kali ditafsirkan ke hal-hal negatif. Bahkan kadang acapkali membuat gelisah orang yang merasakannya.
Sepanjang yang kami ketahui bahwa suara “nging” di telinga tidak ada kaitannya dengan petanda buruk. Tetapi merupakan peringatan kepada orang yang mengalaminya untuk ingat kepada Rasulullah saw dan membaca shalawat kepadanya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw sebagai berikut:
إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي وَلْيُصَلِّي عَلَيَّ وَلْيَقُلْ ذَكَرَ اللَّهُ مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ - رواه الحكيم وابن السني، الطبراني وابن عدي وابن عساكر
“Jika telinga salah seorang di antara kalian berdengung, maka hendaknya ia mengingatku (Rasulullah saw), membaca shalawat kepadaku, dan mengucapakan: dzakarallahu man dzakarani bi khairin (Semoga Allah swt mengingat orang yang mengingatku dengan kebaikan)”. (H.R. al-Hakim, Ibn as-Sinni, at-Thabarani)
Dalam mengomentari sabda di atas, az-Zaila’i menyatakan bahwa dalam hadits tersebut mengandung bahwa tidak hanya sekedar mengingat Rasulullah saw tetapi juga bershalawat kepadanya dan mengucapkan: dzakarallahu man dzakarani bi khairin.
قَالَ الزَّيْلَعِيُّ فِيهِ عَدَمُ الْاِكْتِفَاءِ بِالذِّكْرِ حَتَّى يُصَلِّيَ عَلَيْهِ (وَلْيَقُلْ ذَكَرَ اللهُ مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ
“Az-Zaila’i berkata, dalam hadits ini tidak cukup (bagi orang yang telinganya berdengung, pent) hanya dengan mengingat Rasulullah saw saja sehingga ia bershalawat kepadanya (dan hendaknya membaca: dzakarallahu man dzakarani bi khairin)”. (Abdurrauf al-Munawi, Faidlul-Qadir, Bairut-Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz, 1, h. 511)
Masalah ini juga telah dibahas dalam Muktamar Nahdlatul Ulama ke-11 di Banjarmasin pada tanggal 19 Rabiul Awwal 1355 H/9 Juni 1936. Dalam Muktamar tersebut dijelaskan bahwa suaran “nging” dalam telinga menunjukkan bahwa Rasulullah saw sedang menyebut orang tersebut dalam perkumpulan yang tertinggi (al-mala` al-a’la) agar ia ingat kepada beliau dan bershalawat kepadanya.
Pandangan Muktamirin tersebut didasarkan kepada pendapat Abdurrauf al-Munawi yang dikemukakan oleh ‘Ali al-‘Azizi dalam kitab as-Siraj al-Munir:
قَالَ الْمُنَاوِيُّ فَإِنَّ اْلأُذُنَ إِنَّمَا تَطُنُّ لَمَّا وَرَدَ عَلَى الرُّوْحِ مِنَ الْخَبَرِ الْخَيْرِ وَهُوَ أَنَّ الْمُصْطَفَى قَدْ ذَكَرَ ذَلِكَ اْلإِنْسَانَ بِخَيْرٍ فِي الْمَلاَءِ اْلأَعْلَى فِيْ عَالَمِ اْلأَرْوَاحِ
“Imam al-Munawi berkata, sesungguhnya telinga itu berdengung hanya ketika datang berita baik ke ruh, bahwa Rasasulullah Saw. telah menyebutkan orang (pemilik telinga yang berdengung) tersebut dengan kebaikan di al-Mala’ al-A’la (majlis tertinggi) di alam ruh. (Lihat Akamul Fuqaha)
Demikian jawaban yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat. Dan jika telinga anda berdengung atau bersuara “nging” maka segeralah ingat Rasulullah saw, bershalawat, dan mengucapkan, dzakarallahu man dzakarni bi khairin. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)
Terpopuler
1
PPATK Tuai Kritik: Rekening Pasif Diblokir, Rekening Judol Malah Dibiarkan
2
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
3
Bendera One Piece Marak, Sarbumusi Serukan Pengibaran Merah Putih
4
Gelombang Tinggi di Cianjur Hantam 67 Perahu Nelayan, SNNU Desak Revitalisasi Dermaga
5
Hadiri Haul Buntet 2025, Ketum PBNU Tegaskan Pesantren Punya Saham dalam Tegaknya NKRI
6
Alumni IPNU Harus Hadir Jadi Penjernih dalam Konflik Sosial dan Jembatan Antarkelompok
Terkini
Lihat Semua