Assalamualaikum. Saya ingin bertanya, doa iftitah dan doa tahiyat awal akhir menurut jumhur ulama mazhab Syafi’i bagaimana? Terima kasih. Soalnya gerakan Salafi-Wahabi) sedang mengembangkan pengaruhnya di tempat saya dan mempersoalkan hal ini. (Ihwan Rosadi, Solo)
Jawaban:
Wa’alaikumsalam wa rahamatullah wa barakatuh
Saudara Ihwan Rosadi yang kami hormati.
Dalam pandangan mazhab Syafi’i, kesunnahan-kesunnahan shalat dibedakan menjadi dua: sunnah ab’adh dan haiat.
Kesunnahan-kesunnahan shalat yang sifatnya ab’adh merekomendasikan (masih disunnahkan) sujud sahwi apabila ditinggalkan baik sengaja maupun lupa seperti membaca qunut ketika selesai i’tidal pada waktu rekaat kedua dalam shalat Subuh dan rekaat terakhir shalat witir pada tanggal 16 Ramadhan ke atas, atau meninggalkan tahiyat awal. Kedua hal itu (qunut dan tahiyat awal) merupakan sunnah ab’adh dalam shalat.
Sementara sunnah-sunnah haiat tidaklah demikian, artinya apabila kesunnahan-kesunnahan ini tidak dilakukan (ditinggalkan), tidak dianjurkan (disunnahkan) untuk sujud sahwi. Keterangan ini dapat dijumpai dalam kitab-kitab fiqih madzhab syafi’i seperti Fath Al-Qarib, Fath al-Mu’in dan lain-lain.
Saudara penanya yang dirahmati Allah.
Redaksi do’a iftitah cukup banyak diantaranya adalah yang sering diamalkan oleh warga Nahdhiyyin dengan mengacu kitab al-Adzkar lin-Nawawi:
اللَّهُ أكبرُ كَبِيراً، والحمدُ لِلَّه كَثِيراً، وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيلاً؛ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفاً مُسْلِماً، وما أنا من المُشْرِكِينَ، إنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبّ العالَمِينَ، لا شَرِيكَ لهُ، وَبِذَلِكَ أمرتُ وأنَا مِنَ المُسْلِمينَ
Selain redaksi di atas, sebenarnya masih ada beberapa redaksi do’a iftitah lain yang tidak perlu dipermasalahkan karena mengacu kepada riwayat-riwayat yang jelas sumber dan rujukannya. Sementara untuk redaksi tahiyat awal adalah sebagai berikut:
التَّحِيَّاتُ المُبارَكاتُ الصَّلَواتُ الطَّيِّباتُ لِلَّهِ، السَّلامُ عَلَيْكَ أيُّهَا النبي ورحمة ُ الله وبركاته، السلام علينا وعلى عِبادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أشهدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ اللَّه، وأشهد أن محمدٌ رسولُ الله
Itulah redaksi tasyahud baik awal maupun akhir yang dipilih oleh Imam Syafi’i berdasarkan riwayat dari Imam Muslin yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Dengan jawaban ini dapat dimengerti bahwa amalan-amalan yang telah dilakukan oleh warga Nahdhiyyin mengacu pada sumber-sumber rujukan yang valid keabsahannya.
Wallahu a’lam. (Maftukhan Sholikhin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
5
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
6
Buka Workshop Jurnalistik Filantropi, Savic Ali Ajak Jurnalis Muda Teladani KH Mahfudz Siddiq
Terkini
Lihat Semua