Warta

Warga Tionghoa Tegal Harapkan Lahir Gus Dur Baru

Ahad, 10 Januari 2010 | 10:22 WIB

Tegal, NU Online
Belum 15 hari KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur meninggal dunia, banyak yang merasa kehilangan terutama Nahdliyin yang begitu dekat dengan bapak pluralisme tersebut, namun kedekatan Gus Dur tidak saja dirasakan oleh  warga NU, cucu pendiri NU tersebut juga dekat dengan warga Tionghoa.

"Terus terang selain orang NU yang merasa paling kehilangan, mungkin warga kamilah yang merasa begitu kehilangan,” ujarnya salah seorang warga Tionghoa bernama Shintawati kepada NU Online, yang ditemui di rumahnya Jln. Ahmad Yani nomor 12 Slawi Kulon Kabupaten Tegal, Sabtu (9/1) kemarin.<>

Untuk itu, lanjut Shinta, menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian Gus Dur ke alam Nirwana. “Semoga tuhan menerima segala kebaikannya, dan mengampuni atas segala kesalahan,“ paparnya sambil menyampaikan doa.

Dikatakannya, sulit di Indonesia menemukan sosok seperti Gus Dur yang memaknai agama sebagai alat mempersatu, yang memaknai pemimpin bukan pengatur tapi pembenar. “Buktinya Gus Dur tidak menjadi pemimpin pun tetap membela kebenaran, memperjuangkan kaum tertindas dan berusaha menghilangkan diskriminasi,” ujarnya.

“Sosok yang seperti Gus Dur-lah yang kami rindukan, yang tidak membedakan budaya, suku, ras  dan agama semuanya memiliki hak yang sama sebagai warga negara, maka pantas saja Gus Dur itu disebut Bapak Pluralisme, dan kami lebih setuju jika Gus Dur itu namanya diukir sebagai pahlawan nasional karena memeng jasanya begitu besar terhadap bangsa dan negara ini,” imbuhnya penuh semangat.

Lebih lanjut, Shinta yang pemiliki studio photo Tjoa itu berharap, agar ke depan lahir Gus Dur-Gus Dur baru yang bisa meneruskan perjuangannya. “Dan mudah-mudahan lahir dari NU yang memang memiliki solidaritas dan toleransi tinggi,” pungkas Shinta mengakhiri pembicaraan. (miz) 


Terkait