Jakarta, NU Online
Tim Kesehatan PBNU bersama para relawan terus memantau kemungkinan munculnya penyakit yang menyerang warga pascabencana alam gempa bumi dan tsunami di sejumlah wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
"Kita terus memantau kemungkinan munculnya berbagai penyakit yang menyerang warga, terutama para pengungsi pascabencana alam dengan menurunkan tim ke berbagai daerah yang rawan dan tempat-tempat pengungsian," kata ketua Lembaga Sosial Mabarot, Dr. Syahrizal selaku koordinator Tim Kesehatan PBNU dalam rapat evaluasi kunjungan tim PBNU ke Aceh beberapa waktu yang lalu, Rabu (19/1) di lt V gedung PBNU.
<>Hal ini, katanya karena baru 23 % fasilitas kesehatan yang berfungsi di Banda Aceh yakni RS Kesdam dan RS. Zainal Abidin. Jadi sangat besar kemungkinan pengungsi yang belum tertangani dengan baik dan sudah terjangkit wabah penyakit. Karena banyak Puskesmas yang hancur sehingga hanya ada posko-posko kesehatan bantuan dari LSM dan pihak asing. “Hampir ada 77 puskesmas yang hancur, jadi praktis pelayanan di lapangan itu sangat dibantu oleh posko kesehatan baik dalam negeri maupun luar negeri, termasuk tim kesehatan PBNU,” katanya dalam rapat yang dihadiri ketua PBNU, H.M Rozy Munir, Mustofa Zuhad, Abbas Mu’in, Masduki Baidlawi, dan beberapa pengurus lembaga, Badan Otonom dan Lajnah.
“Jadi kita mengambil peran yang sangat penting ketika kita datang ke pengungsi, karena tidak ada yang melayani pengungsi. Praktis jajaran Depkes tidak mempunyai fungsi untuk melayani di masyarakat. Jadi peranan relawan, dan tentunya Tim Kesehatan yang di turunkan PBNU sangat membantu,” katanya.
Selain berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar, tim kesehatan PBNU yang begerak langsung mengunjungi pasien di kamp-kamp pengungsi, adalah membantu depkes untuk kasus rujukan. “Kita bawa kasus itu ke RS Kesdam tapi di rumah sakit ini prosedurnya sangat berbelit-belit sehingga kita yang punya kasus rujukan anak yang patah tangannya akhirnya kita kerjakan sendiri dengan dibantu tim luar negeri dan kita titipkan di pesantren NU,” tandasnya.
“Disamping itu setelah tiga minggu semua fasilitas susah biaya rongsen mahal, jadi kalau ada pasien rujukan langsung kita bawa ke pelayanan relawan asing karena mereka membantu dengan senang hati,” ungkap Syahrizal.
Kita juga membantu imunisasi, sampai saat ini depkes ini Depkes hanya mampu menjangkau 30% dari sasaran. Jadi semua anak balita di sana di imunisasi campak dan vit A tapi karena tenaga Depkes terbatas sehingga tidak bisa menangani lebih jauh. “Peran inilah yang sedang kita lakukan bekerja sama dengan Depkes. Depkes siapkan peralatannya dan kita siapkan tenaganya,” katanya.
Soal kemungkinan wabah penyakit, Syahrizal menjelaskan, kemungkinan jenis penyakit yang menyerang warga di daerah bencana alam itu seperti tetanus toxoed, kolera, campak, serta diare. Namun sejauh ini jenis-jenis penyakit itu belum bisa dikelompokkan dalam katagori membahayakan. "Sejauh ini, kita baru menemukan dua kasus penyakit campak yang menyerang warga di dua lokasi pengungsian, dan kini sudah dapat teratasi," tambah dosen Kedokteran UI ini.
Untuk mengantisipasi berkembangnya penyakit tetanus dan campak serta kolera, Tim Kesehatan PBNU yang dibantu relawan asing terus memberikan penyuluhan serta penyuntikan kekebalan tubuh kepada masyarakat di daerah tersebut. "Penyuntikan obat anti tetanus dan imunisasi campak kepada anak-anak terus dilakukan di sejumlah pos kesehatan, termasuk yang telah kita dirikan di kamp-kamp pengungsian," ujar dia.
Selain itu salah satu penanganan bidang kesehatan masyarakat pasca bencana alam yaitu jajaran kesehatan yang dibantu paramedis asing juga memberdayakan kembali rumah sakit-rumah sakit di Kota Banda Aceh. Syahrizal juga menjelaskan, jika ditemukan kasus penyakit tetanus yang menyerang warga maka itu merupakan korban yang selamat dari hempasan tsunami.
"Masyarakat yang selamat tapi terluka akibat benda-benda berkarat seperti seng dan paku, kemudian lukanya mengeluarkan nanah, maka mereka itu sesungguhnya yang terserang tetanus. Jadi penyakit tersebut, bukan jenis penyakit menular pasca tsunami," katanya. (cih)