Warta

Slamet Hambali Temukan Metode Baru Penentuan Arah Kiblat

Kamis, 9 Juni 2011 | 02:22 WIB

Semarang, NU Online
Pakar ilmu falak dari IAIN Walisongo, KH Slamet Hambali, menemukan metode baru menentukan arah kiblat. Metode baru temuan Wakil Ketua Lajnah Falakiyah PBNU ini rencananya  akan ia namai Metode Slamet Hambali. Sebab belum ditemukan oleh siapapun alias murni dari gagasannya.

“Metode ini tergolong cukup sederhana, karena hanya dengan teknik pembuatan sudut kiblat memakai segitiga siku-siku dan memanfaatkan bayangan matahari. Cara ini dapat mengetahui arah kiblat dari tempat yang kita inginkan,” terangnya pada temu media di Kantor Fakultas Syariah, Kampus III IAIN Walisongo, Rabu (8/6). <>

Hal disampaikannya usai mengikuti seminar pengujian tesisnya yang berjudul “Uji Akurasi Metode Penentuan Arah Qiblat dengan Segitiga Siku-Siku dari Bayangan Matahari” di Aula I lantai II Kampus I IAIN Walisongo Semarang. Seminar dibuka oleh Dekan Fakultas Syariah Dr Imam Yahya dan diberi sambutan panjang oleh oleh Rektor IAIN Walisongo Prof Dr H Muhibbin.

Slamet berhasil mempertahankan tesisnya tiga dalam ujian pada Juni lalu. Dewan pengujinya adalah KH Noor Ahmad SS, (Pakar Ilmu Falak, penasihat Lajnah Falakiyah PBNU Jakarta) dan H Nabhan Masputra (Pakar Ilmu Falak, Anggota Badan Hisab Rukyat Pusat Jakarta).

Dikatakannya, penemuan berharga itu dia dapatkah setelah meneliti sejak 2010 lalu. “Metode ini saya teliti setahun lalu saat saya mengajukan tesis S2. Sebelum diuji, metode ini sudah saya praktekkan untuk mengukur beberapa masjid yang sedang dibangun,” katanya.

Alhamdulillah saya dapat nilai 100. Para penguji menyatakan metode saya benar-benar orisinil alias tanpa menjiplak dari manapun. Malah disebut sebagai alternatif  dari metode pemakaian alat Theodolit dan GPS yang mahal,” akunya sambil berkelakar. 

Keakuratan metode Slamet Hambali, katanya mengutip penilaian tim penguji, sama halnya metode dengan alat Theodolit ataupun GPS. “Hasilnya 99,9 akurat.  Hanya saja tidak bisa diterapkan pada malam hari atau saat mendung,” tuturnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, metodenya itu hampir sama dengan metode Theodolit.  Yakni memanfaatkan bayangan matahari. Kalau Theodolit perlu uang minimal Rp 30 juta untuk menebus alatnya, sedangkan metodenya cukup uang recek untuk membeli penggaris segitiga siku-siku. Hanya saja, perlu menggunakan rumus secara tepat.

Keunggulan lainnya, jika metode theodolit hanya bisa digunakan pada jam-jam terntentu saja, metode Slamet Hambali ini bisa digunakan setiap saat. “Setiap saat, entah itu pagi, siang dan sore asalkan masih ada matahari. Karena perhitungannya juga bergantung dari bayangan matahari,” tegasnya.

Di mana saja bisa dipakai? Kata Slamet, metodenya bisa dipakai di manapun belahan dunia. Asal ada matahari, bisa.

Penemuan besar ini lansung direspon Ketua Program Ilmu Falak IAIN Walisongo, DR  Arja’ Imroni, dengan didaftarkan  sebagai hak paten. “Penemuan ini sangat sederhana tapi luar biasa. Arah kiblat bagi umat Islam adalah hal yang mendasar, karena sebagai salah satu syarat sahnya ibadah,” ujarnya kepada wartawan.

Pihaknya juga langsung meluncurkan Pusat Layanan Falak (PLF) di kampusnya. Lembaga itu didedikasikan melayani  umat untuk membantu menentukan arah kiblat. “Kaum muslimin banyak yang masih bingung menentukan arah kiblat secara tepat, seperti saat pembangunan masjid atau mushola. Kami berharap PLF bisa memberi solusi,” paparnya.

Senada dengan Arja’, Dekan Fakultas Syariah, Imam Yahya mengatakan, pihaknya berencana menjadikan tesis itu menjadi buku agar bisa dipelajari masyarakat luas. “Kami sangat menghargai setiap penemuan dosen, terutama yang menunjang keilmuan di Fakultas Syariah,” tuturnya.

Ia menerangkan, sebetulnya ada banyak cara menentukan arah kiblat. Biasanya yang digunakan masyarakat adalah ancar-ancar atau perkiraan saja dengan alat bantu kompas. Tentulah belum pasti akurat.Selain itu, ada alat bernama rubu’ mujayyab yang cukup akurat. Namun satuan sudut dalam tabelnya kurang detail karena hanya mencakup satuan menit saja.”

Sedang cara lainnya menggunakan Theodolit dan GPS bisa menghasilkan arah kiblat yang akurat. Hanya saja alat tersebut cukup mahal dan tidak banyak orang yang dapat mengoperasikannya.

Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Muhammad Ichwan


Terkait