Dr Marsudi Syuhud, sekretaris jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengungkapkan sudah saatnya Nahdlatul Ulama kembali kepada pesantren. Demikian orasi ilmiahnya dalam Pengukuhan Pengurus dan Pengawas Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (Yaptinu) di pelataran kampus STIENU, Kamis (5/5) kemarin.
Menurutnya, kembalinya NU ke pesantren diartikan pendidikan saat ini harus mengacu kembali kepada kehidupan pesantren sebagai aktivitas hidup. Boleh jadi bisa dijadikan sebagai program utama. Apalagi hal itu, sesuai dengan amanat pada Muktamar NU ke-32 di Makassar.<>
Dalam penjelasannya pada saat mengaji di pesantren biasanya oleh Kiai diperintahkan untuk menghafal nadhom Alfiyah Ibnu Malik, kaidah-kaidah fiqhiyah yang hanya dihafal tetapi belum tentu mengerti maksudnya. Tetapi sebagai santri menurut perintah dari guru.
“Dulu pada saat mengaji di pesantren tentu kita diperintahkan oleh Kiai menghafal. Meski kita belum paham tetapi kita sendika dawuh,” tuturnya.
Nah, saat ini kita diharapkan bisa membahasan hafalan-hafalan yang telah mendarah daging tersebut dalam bahasa nyata. Itulah yang menurutnya menjadi tantangan dan harus direalisasikan oleh lembaga pendidikan NU, utamanya Yaptinu yang memiliki tiga lembaga Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (STIENU) dan Sekolah Tinggi Teknik Desain Nahdlatul Ulama (STTDNU).
Dalam kesempatan itu, Pengurus dan Pengawas Yaptinu periode 2011-2016 yang dikomandoi oleh H Ali Ifran Muhtar BA dilantik. Dewan Pembina Yaptinu, yang diwakili KH Ahmad Kholil memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pengurus dan pengawas 2005-2016 atas perkembangan dan keberlangsungan Yaptinu.
“Semoga ke depan Yaptinu tidak hanya lembaga yang hanya mencapai tujuan sesaat saja. Lebih dari itu bagaimana memanifestasikan paham ahlus sunnah wal jamaah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,” harapnya. (qim)