New York, NU Online
Umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tidak perlu melakukan reaksi secara berlebihan atas dugaan terjadinya kasus pelecehan terhadap kitab Al-Qur’an oleh aparat AS di pusat tahanan pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo baru-baru ini. "Reaksi yang berlebihan, apalagi dengan kekerasan justru akan menimbulkan hal yang negatif," kata Shamsi Ali, Imam pada Islamic Center of New York, Kamis waktu setempat.
Seperti diberitakan sekurangnya empat orang tewas dan lebih dari 70 lainnya cedera termasuk enam polisi Afganistan dalam unjuk rasa yang berakhir rusuh di Jalalabad, Afganistan, kemarin. Sambil berteriak "Matilah Amerika", mereka melontarkan kemarahan dengan melempar batu ke arah konvoi kendaraan AS setelah mendengar kabar bahwa tim interogasi Amerika menajiskan kitab suci Alquran di penjara AS di Teluk Guantanamo.
<>Ini merupakan kemarahan anti-Amerika terbesar sejak terusirnya rejim Taliban. Insiden ini menewaskan empat orang dan lebih dari 70 lainnya cedera. Aksi protes juga merebak di Pakistan. Massa yang marah menyerang sejumlah kantor pemerintah, konsulat Pakistan dan dua kantor badan PBB di Jalalabad, kota yang berjarak sekitar 130 kilometer timur ibukota, Kabul. Lebih dari 50 pekerja bantuan asing dikabarkan telah dievakuasi.
Menurut Shamsi yang merupakan salah satu tokoh Muslim di AS tersebut, pihaknya melalui Council on American Islamic Relation (CAIR) juga sudah melayangkan protes resmi kepada Pemerintah AS dan menuntut dilakukannya klarifikasi secara serius. Ia juga yakin umat Islam di Indonesia, yang populasi Muslim-nya terbesar di dunia, dapat menahan diri dan bisa melakukan reaksi yang edukatif serta tetap mempertimbangkan berbagai konsekuensinya.
Menurut Shamsi, klarifikasi dari Pemerintah AS merupakan hal yang sangat penting agar kerukunan antar umat beragama tetap terjaga dan tidak mengobarkan rasa kebencian. Ia menyesalkan terjadinya kekerasan hingga menimbulkan korban jiwa di Afghanistan saat unjuk rasa anti Amerika di negara tersebut, sebagai reaksi atas kasus di penjara Guantanamo. Kejadian di berbagai negara yang menyangkut masalah sensitif tersebut umumnya juga akan berimbas pada situasi kehidupan Muslim di Amerika Serikat.
Sementara itu jurubicara Deplu AS Richard Boucher mengatakan bahwa investigasi sedang dilakukan atas kasus tersebut. "Kami melihat permasalahan itu sangat, sangat serius. Pelecehan terhadap kitab dan objek-objek agama adalah hal yang menjijikkan menurut nilai-nilai umum dan dikecam oleh masyarakat Amerika," kata Shamsi yang saat ini juga menjabat sebagai direktur Jamaica Muslim Center New York.
Menyusul pemberitaan majalah Newsweek bahwa sejumlah aparat melakukan penghinaan terhadap kitab suci umat Islam di penjara Guantanamo, unjuk rasa anti Amerika terjadi di Afghanistan. Di antara bentuk penghinaan oleh petugas interogasi adalah menaruh Al Qur’an itu di toilet.
Menurut kementerian luar negeri Afghanistan, sebanyak empat orang tewas setelah terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa. Pemerintah Pakistan juga menyatakan prihatin atas kasus tersebut dan meminta klarifikasi dari Pemerintah AS. Saat ini lebih dari 500 orang, sebagian besar ditangkap di Afghanistan dan Pakistan, ditahan di penjara Guantanamo berkaitan dengan kasus terorisme sejak peristiwa serangan 11 September 2001. (atr/nw/cih)