Sekretaris Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Effendy Choirie berharap agar internal PMII tidak terjadi konflik sebagaimana dalam partai politik.
Pesan ini disampaikan agar dalam berbagai persoalan diantara kader-kader muda ini, diselesaikan dengan cara yang mengutamakan kebersamaan, tidak menggunakan pendekatan partai politik yang menimbulkan masalah baru. Hal ini diungkapkannya ketika memberi sambutan dalam acara pengukuhan PB PMII, di Jakarta, Kamis.
/>
Ia menjelaskan, PMII saat ini sudah mengalami perkembangan yang luar biasa dengan mobilisasi vertikal. Dulu kader PMII hanya berkarier di Depag, tetapi sekarang sudah berada di berbagai bidang strategis.
Semasa ia menjadi ketua PMII Jakarta, waktu itu hanya terdapat 14 komisariat, saat ini di wilayah Jakarta juga sudah mengalami perkembangan yang luar biasa.
Dalam usianya yang sudah 51 tahun ini, PMII telah banyak memberi warna terhadap republik ini. Kahadiran PMII, masih akan relevan sejak dulu, sekarang maupun di masa yang akan datang dalam konteks keislaman dan keindonesiaan.
Terkait konteks keislaman, Islam menghadapi bahaya dan tantangan dalam pengetrapan akidah dan syariah an artikulasinya dalam kehidupan di Indonesia yang sekarang dirongrong oleh Islam kanan. NU, dalam hal ini harus punya kader untuk mengatasi hal ini. PMII harus mampu menjadi kader inti aswaja.
Ia mengaskan, NU tidak pernu mendirikan organisasi kader mahasiswa sendiri. “Makna independen yang dulu sudah direvisi menjadi interdepenen. Cuma gerakannya bebas, nanti juga pulang kandang (ke NU.red), “ katanya.
Ia berharap NU belajar dari pengalaman Muhammadiyah mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang ternyata tidak bisa berkembang karena terlalu eksklusif.
PMII juga harus mampu menjadi kader bangsa dan menjadi pemimpin di Indonesia mengingat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi seperti ancaman menjadi negara gagal. (mkf)