Warta

Perlu Komunikasi NU dan PKB yang Lebih Intens

Jumat, 13 Juni 2003 | 10:18 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk mengatasi berbagai keluhan dari warga NU yang merasa diabaikan oleh PKB maka perlu diadakan satu kerjasama antara PKB dengan NU agar kedua belah pihak saling memahami. Salah satu cara adalah dengan melakukan satu orientasi bagi para calon anggota eksekutif maupun legislatif yang berasal dari PKB untuk memahami sejarah dan kaitan PKB dengan NU.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ketua PBNU H. Ahmad Bagdja untuk mengatasi keluhan dari kalangan NU yang saat ini merasa terabaikan. Bahkan cenderung hanya dimanfaatkan oleh oknum tertentu di PKB untuk keuntungan mereka sendiri.

<>

Keluhan terakhir muncul dalam Semiloka bertajuk Peran NU dalam pemilu 2004 yang diadakan di Surabaya. Para ketua cabang NU di Jawa Timur merasa bahwa mereka didekati oleh orang-orang PKB hanya ketika terjadi pemilihan bupati ataupun jabatan eksekutif dan saat ini dalam rangka menghadapi pemilu 2004.
 
Menurut Ahmad Bagdja terdapat tiga hubungan antara PKB dengan NU. Pertama, hubungan ideologis. NU dan PKB merupakan dua organisasi yang memiliki kesamaan dalam hal visi, misi, dan nilai-nilai perjuangan serta bersumber dari ajaran Islam dan khususnya ahlusunnah wal jamaah.

Hubungan kedua merupakan hubungan historis, yaitu PKB didirikan oleh para tokoh NU yang merupakan tim sembilan. sampai sejauh ini tokoh-tokoh pendiri PKB tersebut masih berkecimpung dan memperhatikan PKB.

Hubungan ketiga adalah hubungan yang bersifat aspiratif, yaitu PKB merupakan salah satu saluran untuk menyampaikan aspirasi, khususnya aspirasi politik.

Namun demikian dalam hubungan tersebut Ahmad Bagdja mengatakan bahwa hubungan tersebut tidak bersifat institusional antara NU dengan PKB, tetapi hubungan PKB dengan pribadi-pribadi yang merupakan warga NU. “NU tidak bergerak dalam wilayah politik praktis dan cuma bergerak dalam wilayah aspiratif, jadi hubungan tersebut tersebut antar warga NU secara individual” ungkap Bagdja.

Beberapa waktu dalam mukernas PKB di Jakarta terdapat gagasan untuk menggunakan pola rekrutmen PENAK (Pesantren, Nahdlatul Ulama, dan Kebangkitan Bangsa). ini merupakan salah satu cara agar kedua belah pihak dapat saling memahami posisi masing-masing.

Untuk jangka pendek keluhan-keluhan dari warga NU dapat diatasi dengan melakukan komunikasi yang lebih intens.yaitu dengan melakukan dialog-dialog antara PKB dengan NU baik di tingkat nasional maupun wilayah.
 
Bagaimanapun juga tak dapat dipungkiri bahwa kelahiran PKB dimotori oleh orang-orang NU, jadi jangan sampai PKB meninggalkan NU.(mkf)

 


Terkait