Jakarta, NU.Online
Mengambil moment hari buruh internasional (I/5) hari ini, ribuan orang dari berbagai elemen organisasi massa buruh melakukan aksi unjuk rasa di sejumlah tempat di Jakarta. Dalam aksinya mereka menuntut perbaikan UMR sektoral, penghapusan UU. no.13/2003 tentang penyaluran tenaga kerja dan mendesak agar 1 Mei kembali ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hari Buruh 1 Mei yang ditetapkan sebagai hari libur buruh dihapuskan oleh Orde Baru melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Soeharto.
Tujuh elemen ormas yang melakukan aksi demo untuk memperingati Hari Buruh Sedunia itu adalah Komite Aksi 1 Mei yang akan melakukan aksi unjuk rasa di silang Monas dengan massa sekitar sepuluh ribu orang, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) ke Bundaran Hotel Indonesia dan Istana Negara.
<>Serikat Pekerja Logam Elektronik dan Mesin akan mengerahkan sekitar 3.000 orang untuk berunjuk rasa ke Bundaran HI dan Istana Negara, Federasi Serikat Pekerja Metal akan ke Gedung DPR dan Bundaran HI dengan massa sekitar 5.000 orang, Paguyuban kebangkitan Buruh akan ke Bundaran HI, Kantor Perwakilan PBB dan Istana Negara dengan massa sebanyak 200 orang.
Turut bergabung dengan serikat buruh ini adalah kelompok yang menamakan diri Komite Aksi Satu Mei (KASM) juga akan melakukan aksi rally dari Bundaran HI menuju Istana Negara pada pukul 10.30 WIB. Pada sekitar pukul 13.00 WIB, mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabotabek juga akan melakukan aksi unjuk rasa.
Selain itu, sebanyak 1.500 orang massa Federasi Serikat Pekerja Sandang, Tekstil dan Kulit menyatakan akan berkumpul di Parkir Timur Senayan, Jakarta dan diperkirakan akan menuju Gedung DPR.
Aksi unjuk rasa tidak hanya di Jakarta melainkan dibeberapa daerah, di surabaya misalnya sekitar 30 ribu buruh/pekerja dari 21 pabrik di Sidoarjo rencananya akan berunjuk rasa menuju ke Gedung DPRD Jatim Jl. Indrapura Surabaya.
Sarbumusi, Tolak Turun Ke Jalan.
Sementara itu dihubungi Via Telp, Junaidi Ali SH Sekretaris Jendral Sarbumusi (Serikat Buruh Muslim Indonesia) Serikat buruh di bawah NU menyatakan "Sarbumusi tidak turun ke jalan hari ini untuk melakukan aksi yang sama, karena secara de facto dan de jure Indonesia belum mempunyai hari buruh Nasional" ungkapnya.
Junaidi menegaskan bahwa Hari Buruh Internasional atau lebih dikenal dengan sebutan may day itu memang tidak pernah diperingati oleh buruh Indonesia selama era pemerintahan Presiden Soeharto, malah peringatan hari buruh dianggap identik dengan simbol komunis. Karena itu, wajar jika di era reformasi ini tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Indonesia. Namun memang persoalan itu masih debatebel hingga kini. Pemerintah masih belum menentukan arah yang jelas Tapi Sarbumusi dan sekitar 60 serikat Buruh pernah mengusulkan hari meninggalnya Marsinah sebagai Hari Buruh Nasional, karena Marsinah memang seorang tokoh yang benar-benar memperjuangkan hak-hak buruh, namun usaha itu belum disetujui oleh pemerintah.
''Saya kira Hari Buruh Nasional lebih tepat 8 Mei. Jangan 1 Mei, karena itu Hari Buruh Internasional. Sementara 21 Februari merupakan hari kelahiran SPSI. Bagi buruh di Indonesia, hari buruh yang tepat, 8 Mei,'' ungkap Junaidi mengakhiri pembicaraan dengan Nu Online. (cih)