Jakarta, NU Online
Dalam kunjungan ke Universitas Qum di Iran dihadapan sekitar 100 mahasiswa Indonesia yang berada di sana KH Hasyim Muzadi meminta agar mereka berfikir secara inklusif, “Jangan hanya mempelajari satu madzhab karena realitas di Indonesia adalah masyarakat plural sehingga ketika pulang harus disesuaikan dengan keadaan yang ada” ungkap Hasyim Muzadi.
Kunjungan PBNU ke Iran merupakan upaya menjembatani perbedaan yang ada antara dunia Islam dan Barat. Selama ini Islam dianggap sebagai agama yang keras dan radikal. Untuk itu NU yang selama ini dikenal sebagai pihak yang moderat dan dapat diterima oleh negara-negara Barat diharapkan dapat memperkecil perbedaan yang ada antara kedua belah pihak karena selama ini negara-negara Timur Tengah dianggap sebagai negara konservatif dan radikal.
<>Kunjungan ini merupakan salah satu forum dialog antara Islam dan Eropa. PBNU telah melakukan perjalanan ke berbagai negara baik negara Eropa maupun Timur Tengah untuk mengkomunikasikan berbagai kesalahpahaman yang timbul antara dua belah pihak.
KH Hasyim Muzadi juga menjelaskan bahwa antara Iran dan NU sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang serius. Secara kultural kedua belah pihak memiliki tradisi yang sama, seperti sangat menghormati Ahlul Bait.
Dalam dialog di Iran KH Hasyim Muzadi juga mengatakan bahwa serangan yang terjadi di Irak juga karena peran negara-negara tetangganya. “Tidak mungkin Irak diserang dengan mudah kecuali ada bantuan fasilitas militer oleh negara-negara tetangganya” ungkap Hasyim Muzadi. Untuk itu diperlukan persatuan Islam yang kuat agar umat Islam bisa maju.
Namun demikian PBNU dan Iran sepakat bahwa serangan Amerika Serikat ke Irak adalah sebuah kesalahan besar. “Biarkanlah rakyat Irak menyelesaikan sendiri permasalahan mereka dengan Saddam tanpa intervensi pihak asing,” ungkap Hasyim Muzadi
Langkah selanjutnya untuk merealisasikan fungsi sebagai mediator adalah dengan mengadakan pertemuan antar peguruan tinggi Islam sedunia yang akan dilaksanakan di Jakarta pada bulan Desember mendatang yang diselenggarakan NU bekerja sama dengan Universitas Al Azhar Kairo.(mkf)