Jakarta, NU Online
Sesuai yang telah dijanjikan terhadap masyarakat Aceh, PBNU tadi malam memberangkatkan 25 orang ustadz asal Jawa tengah untuk membantu pendidikan agama Islam bagi korban tsunami di Aceh. Para ustaz tersebut diberangkatkan dari kantor PBNU untuk bertugas di Aceh sekitar 7-10 hari. Pengiriman ini merupakan tahap awal dari 500 orang ustaz yang hendak ditugaskan di Serambi Mekah. Demikian penjelasan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi
<>
Pengiriman ustaz ini untuk memberikan siraman rohani dan bimbingan mental spiritual bagi para korban bencana itu. Ustadz yang berasal dari berbagai Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) itu tidak hanya memberikan siraman rohani, tetapi mereka juga bisa melakukan pekerjaan sebagai tukang kayu, bidan, dan perawat. Jadi apa yang dikirim itu memang merupakan sukarelawan serba guna, sebab di sana dibutuhkan orang yang serba bisa dan secara fisik maupun mental harus tangguh, itu antara lain persyaratan ustadz yang dikirim.
Asatidz (Para ustaz) dari Jawa tengah sebelum berangkat ke PBNU Jakarta terlebih dulu dilepas oleh Sekretaris PWNU Jawa Tengah Taufik CH dari kantor PWNU di Jl. Dr Cipto Semarang dengan menggunakan bus. PWNU siap mengirimkan kembali ustaz ke Aceh dan Sumut apabila PBNU masih menghendaki.
Untuk pengiriman tahap dua, PBNU juga akan memberangkatkan sejumlah ustadz asal Jawa Timur .Hasyim mengatakan, pengiriman tenaga pengajar ini sangat penting, karena saat ini di Aceh masih banyak kekurangan ustadz akibat banyak ustadz yang menjadi korban.
Data PBNU dari 96 pesantren di Aceh, saat ini hanya 14 pesantren yang masih utuh. Sisanya, hancur diterjang tsunami. Untuk membangunnya kembali saat ini PBNU merenovasi 12 pesantren. Biayanya US$3,11 dengan dana sumbangan lembaga donor asing dan dalam negeri.
Dia menegaskan, semua dana berasal dari sumbangan masyarakat, bukan sumbangan dari pemerintah. Semua sumbangan akan dipertanggungjawabkan PBNU melalui pemeriksaan akuntan publik.
selain itu PBNU juga membantu pengiriman bahan makanan, pakaian, dan obatan-obatan lengkap dengan tenaga medisnya. Bahkan, bantuan PBNU tersebut tidak hanya berupa bantuan darurat, tapi jangka panjang. Oleh karena pemerintah belum mengizinkan anak-anak korban dikirim ke pesantren di luar Aceh, maka yang bisa dilakukan PBNU sebatas menampung mereka di pesantren Aceh yang masih utuh saja.
Sejauh ini, jumlah keseluruhan anak-anak Aceh korban tsunami yang ditampung 2.750 anak. PBNU menanggung semua biaya hidup dan pendidikan santri itu.Dalam kaitan ini, di perantauan, 132 mahasiswa anal Aceh dan Nias, Sumatra Utara, menerima beasiswa berupa pembebasan sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) dan biaya operasional pendidikan (BOP) semester pertama 2005.
Sesuai dengan bidang keahliannya NU memang akan memfokuskan pada rehabilitasi pendidikan pesantren, agar tradisi kepesantrenan di Aceh tidak putus, sementara hanya kalangan NU yang memiliki tradisi pesantren, sehingga sangat tepat bila masyarakat NU yang memberikan perhatian pada rehabilitasi pesantren di Aceh. (Bregas) ]