Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Bogor yang akan dilaksanakan pada Oktober 2008 mendatang, tidak luput dari perhatian warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) yang tinggal di Kota Hujan. Mereka mendukung calon walikota yang merupakan kader NU.
Saat ini Pilkada Kota Bogor telah memasuki tahapan pendaftaran bakal calon (balon), yang akan dilaksanakan pada akhir Juli nanti. Ada dua kandidat yang akan maju memperebutkan posisi walikota periode 2009-2014, yakni H Dody Rosadi M.Eng, dan Diani Budiarto. Dody Rosadi tercatat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor. Sedangkan Diani adalah walikota incumbent, hasil pemilihan DPRD tahun 2004<>.
Dody maju dalam Pilkada setelah diusung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Adapun Diani maju setelah didukung oleh PKS, PDIP, dan Golkar.
Belakangan, dukungan terhadap Dody terus mengalir. Sedikitnya 4 partai lainnya bergabung dalam barisan pengusung Dody, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat (PD), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB).
Pada, Ahad (13/7) dilakukan penyerahan berkas pengusungan 4 partai kepada Dody, dan taysakuran menempati sekretariat tim, di Jalan Pabdawa, Perumahan Indraprasta, Kota Bogor, sebagaimana dilaporkan Kontributor NU Online, Ahmad Fahir.
Sementara itu secara organisatoris NU beserta seluruh lembaga dan badan otonom di bawahnya diharuskan netral dalam setiap gelaran politik, tidak terkecuali dengan pemilihan kepala dearah (Pilkada). Hal ini lantaran NU terikat Khittah 1926, yang mengharuskan NU tidak ikut terlibat dalam kegiatan politik praktis.
Namun secara perorangan, warga Nahdliyin diperbolehkan untuk melakukan artikulasi politik dan menyalurkan aspirasinya.
Lantas ke mana suara Nahdliyin akan diarahkan? Berdasarkan pengamatan, warga Nahdliyin, para alim ulama dan kalangan pesantren di Kota Bogor mayoritas akan menjatuhkan pilihannya pada Dody Rosadi.
Menurut Sya’roni, dukungan pada Dody dijatuhkan karena saat ini ia adalah figur birokrat terbaik dan paling senior yang berada di jajaran Pemerintah Kota Bogor. Faktor kompetensi ini menunjukkan Dody memiliki kapasitas dan pengalaman yang teruji untuk memimpin Kota Bogor.
Faktor lain, lanjut aktivis Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Bogor ini, adalah konsistensi, akseptabilitas dan popularitas Dody, merupakan point tersendiri sehingga peluangnya untuk terpilih dalam Pilkada langsung di Kota Bogor sangat terbuka.
Saepul Millah, mantan aktivis PMII Cabang Kota Bogor menambahkan, selain dua fakor di atas, Dody juga berlatar belakang keluarga NU. Ia berasal dari keluarga Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, dan masih kerabat terdekat mantan Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) almarhum KH Ilyas Ruchyat.
Barok, warga NU yang berkiprah di Yayasan Gessang Ghosyary -LSM pendamping anak jalanan dan kaum miskin kota- menimpali, bahwa Dody adalah figur pemimpin Kota Bogor yang paling merakyat. Hal itu dibuktikan dengan kedekatannya dengan masyarakat miskin kota, seperti kalangan anak jalanan yang populasinya cukup besar, mencapai ratusan orang.
Hal senada diutarakan oleh Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Kota Bogor, KH Yusuf Syafe’i. Saat memberikan tausiah penyerahan dukungan 4 partai kepada Dody, Yusuf mengatakan secara pribadi dirinya dan para alim ulama NU lain mendukung kader NU untuk memimpin Kota Bogor. Dengan harapan, yang bersangkutan dapat melestarikan ajaran dan paham warga NU di tengah masyarakat.
“Saat ini ajaran ahlusunnah waljama’ah yang dianut warga NU tengah menghadapi ancaman serius, dengan menjamurnya ajaran yang dibawa pengikut wahabi dengan berbagai anasirnya. Karena itu sebagai kader NU, saya berharap dan akan mengajak rekan-rekan NU agar mendukung majunya Dody Rosadi, karena dia adalah satu-satunya calon yang berasal dari NU,” tegasnya.
Meski menyatakan mendukung Dody, namun Yusuf memberikan syarat, hal itu dilakukan sejauh Dody berada dalam koridor amar makruf nahi munkar. “Kalau Dody salah, kami tidak akan segan mengingatkan,” ujurnya.
Sedangkan Dody mengemukakan, dirinya menyampaikan terima kasih atas derasnya dukungan yang diberikan keluarga besar NU, alim ulama dan kalangan pesantren yang berada di Kota Bogor. Menurutnya, hal itu menjadi modal penting dalam bersaing dengan calon incumbent.
“Saya maju karena derasnya permintaan komponen masyarakat baik melalui parpol, ormas, pesantren, LSM, hingga perorangan, yang menginginkan terjadinya perubahan di Kota Bogor. Itulah modal utama saya,” kata Dody.
Lebih lanjut, ia memaparkan, selama lima tahun terakhir pembangunan di Kota Bogor jalan di tempat. Saya bertekad dapat melakukan perubahan nyata. Apalagi penduduk Kota Bogor mendekati angka 1 juta, yang berarti Bogor akan menjadi kota metropolis, sehingga akan banyak tantantang yang dihadapi.
“Saya berharap warga NU yang jumlahnya cukup banyak dapat tersentuh pembangunan. Begitu juga dengan pesantren-pesantren dan guru ngaji, perlu mendapatkan perhatian khusus, agar dapat kesejahteraan dan peran dalam mengisi ruang-ruang dalam pembangunan daerah juga meningkat.” (hir)