Warta

Mahrus sudah Siap Berdebat dengan Kiai NU, dengan Syarat

Sabtu, 5 Juli 2008 | 09:37 WIB

Surabaya, NU Online
Pengarang buku kontroversial “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” H Mahrus Ali mengaku telah siap melakukan debat dengan siapapun, termasuk dengan para kiai NU yang menjadi sasaran kritik bukunya.

“Saya sudah siap untuk melakukan debat itu,” tuturnya kepada NU Online beberapa waktu lalu di rumahnya, Sidoarjo, Jawa Timur. Namun sayangnya, kali pun ia menyertakan syarat yang tidak wajar. Sebelumnya dia tidak hadir dalam diskusi tentang bukunya yang digelar di Aula Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya pada 12 Maret lalu dengan alasan keamanan.<>

Syarat yang diajukan kali ini adalah perdebatan hanya dilangsungkan di rumahnya. Itu pun harus dilakukan satu-persatu dan tidak boleh membawa massa. Jika ada lima orang yang ingin melakukan debat, H Mahrus mengaku siap meladeninya, tapi dengan syarat dilakukan secara bergantian, satu-persatu.


“Sebab kalau ramai-ramai, apalagi sampai membawa massa, jadinya tidak bisa ilmiah lagi,” tuturnya memberikan alasan.

Disinggung tentang kapasitas aula Pascasarjana IAIN sebagai forum ilmiah, ia mengelak dan menyatakan tak akan datag ke sana. H Mahrus punya alasan untuk berkelit.

“Tidak semua anggota komunitas kampus itu bisa berlaku ilmiah. Buktinya seringkali ada demo-demo yang sampai merusak kaca jendela rektonya, itu kan tidak ilmiah,” paparnya.

Ketika disebutkan kasus yang disebutkannya itu berbeda konteks, mungkin peristiwa rusuh itu karena kenaikan SPP yang terlalu tinggi, ia hanya tersenyum.

Ia mengaku ketidakhadiran dirinya dalam debat terbuka itu karena faktor keamanan. Meski sudah mendapatkan jaminan dari panitia dan para kiai, namun ia belum bisa mempercayai begitu saja ucapan itu.

Ia mengaku tidak ingin nasibnya akan seperti Hartono Ahmad Jaiz yang langsung dirawat di rumah sakit sekeluar dari ruang debat terbuka. Begitu juga yang dialami Dr Qurais Shihab yang mukanya lebam-lebam dipukuli massa sekeluar dari ruangan debat. “Kalau saya datang ke sana, kan bunuh diri namanya,” akunya memberikan alasan.

Jika perdebatan dilangsungkan di dalam markas kepolisian, apa masih tidak mau hadir dengan alasan keamanan? Mendapat pertanyaan seperti itu H Mahrus tampak santai. “Masak polisi mengurusi yang begitu-begitu,” jawabnya dengan nada tenang.

Namun yang jelas, ia telah berketatapan hati untuk siap melakukan debat terbuka dengan siapa saja, asal dilakukan di rumahnya dan dilakukan secara bergantian. (sbh)


Terkait