Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A. Ghazalie Masroeri menegaskan, NU belum menentukan awal bulan Syawal 1430 H. Penentuan awal Syawal baru bisa dilakukan setelah diadakan rukyatul hilal dan sidang itsbat Departemen Agama pada Sabtu petang, bertepatan dengan 29 Ramadhan.
Hal ini disampikan Kiai Ghazali dalam pengajian khusus di ruang redaksi NU Online, Selasa (15/9) sore, dengan tema "Mekanisme Penentuan Awal Bulan Qamariyah Perspektif NU”. Pengajian ini juga bisa disimak langsung melalui fasilitas telekonferensi pada akun pbnu_online@yahoo.com<>.
”Banyak yang menanyakan, mengapa NU belum menyampikan hari raya? Perlu diketahui NU dalam menentuan awal bulan Qamariyah dengan menggunakan dua asas, yakni asas ketaatan dan asas penalaran” katanya.
Asas ketaatan, terkait dengan perintah Allah SWT dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan agar awal bulan Qamariyah, khususnya Ramadhan dan Syawal harus ditentukan berdasarkan rukyatul hilal. ”Tidak kurang 22 hadits yang memerintahkan rukyat,” katanya.
Sementara asas penalaran dilakukan dengan metode hisab yang akuran untuk memandu pelaksanaan rukyat. Hisab atau penalaran ini tidak bisa menjadi penentu awal bulan, namun hanya membantu pelaksanaan rukyatul hilal atau melihat hilal, baik dilakukan denan mata telanjang atau dengan bantuan alat.
”Nabi menyarankan tuntutlah ilmu dimana saja, tapi harus sadar, ilmu yang didapat itu tidak boleh gantikan nash Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW,” kata Kiai Ghazalie.
Berdasarkan dua asas itu, tambahnya, dalam penentuan awal bulan Syawal NU pertama-tama NU merumuskan hisab awal bulan Syawal.
”Rumusan ini hanya sebagai proses awal untuk melakukan ketaatan kita secara optimal. Pada tanggal 29 Ramadhan nanti insyaalah NU dengan pedoman hisab itu akan melaksanakan rukyatul hilal,” katanya. (nam)