Warta

Keprihatinan Terhadap Fenomena Penjualan Gelar

Sabtu, 21 Juni 2003 | 16:00 WIB

Surabaya, NU Online
Fenomena penjualan gelar yang marak saat ini menjadi keprihatinan Rektor ITS  Dr Muhammad Nuh yang menjadi salah satu pembicara dalam arena kongres IPNU-IPPNU. "Zaman dahulu status ditentukan dengan gelar Raden ataupun dikalangan santri dengan gelar Kyai atau status Gus yang merupakan sesuatu yang diwariskan dan saat ini ditentukan dengan gelar akademik"ungkapnya.

Saat ini status gelar digunakan untuk menunjukkan kemampuan seseorang dalam satu bidang tertentu sehingga banyak sekali terjadi fenomena penjualan gelar, mulai gelar S1, S2, S3, bahkan gelar profesor yang dijual hanya dengan biaya 3 juta.

<>

Menurut rektor PTN termuda ini, kondisi hal ini merupakan akibat dari masyarakat yang beranggapan bahwa tingginya gelar identik dengan kemampuan seseorang, sehingga mereka berlomba-lomba memperoleh gelar setinggi-tingginya agar dianggap pintar, padahal gelar dan kemampuan tidak selalu sejalan.

Muhammad Nuh yang mengaku sebagai warga NU tulen mencontohkan bahwa lulusan SMA yang sangat pandai tetapi tetap golongan II A sedangkan lulusan S1 yang bodoh tetap dapat mencapai kedudukan III A yang mana untuk mencapai kedudukan tersebut dibutuhkan waktu 8 tahun sehingga banyak dari masyarakat mengambil jalan pintas dengan membeli gelar karena dapat meningkatkan status dan kemampuan ekonomi mereka.

Tampaknya hal ini juga dimanfaatkan oleh kalangan yang tidak bertanggung jawab dengan menjadikan hal ini sebagai bisnis. Banyak sekolah yang hanya sebagai formalitas dengan tidak mengindahkan kualitas yang seharusnya untuk melayani kebutuhan gelar tanpa kualitas yang memadai.

Muhammad Nuh juga mengungkapkan bahwa banyak sekali proses pendidikan yang tidak mendidik peserta untuk berfikir secara kreatif. Peserta didik hanya dijejali pendidikan yang hanya berisi hapalan-hapalan tanpa pemahaman terhadap makna dari pelajaran tersebut.

Dr. Ahmad Fathoni pakar teknologi pendidikan yang merupakan anggota komisi VI DPR RI dan juga mantan ketua Ansor yang juga menjadi pembicara dalam forum tersebut mengungkapkan keprihatinannya terhdap fenomena mahalnya pendidikan di perguruan tinggi saat ini. "Berapa banyak warga NU yang bisa sekolah jika pendidikan menjadi mahal" ungkapnya. Untuk itu pelu dicarikan solusi yang tepat agar semua masyarakat Indonesia tetap dapat menikmati pendidikan.(mkf)


 


Terkait